Minggu, 12 Juni 2011

[7] Cinta


"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)". (Q.S. Ali Imran [3] : 14)

Manusia adalah makhluk yang sempurna, ia dibekali hati oleh Allah SWT sebagai alat yang berfungsi untuk merasakan. Melalui hati inilah manusia mampu mengetahui bagaimana rasa senang, sedih, khawatir, bahagia, dan rasa yang lainnya termasuk rasa ketika cinta itu hadir. Hati terkadang bisa mendorong mata untuk menangis dan bibir untuk tersenyum. Dengan hati inilah manusia berhak untuk merasakan cinta, dicintai dan mencintai.

Cinta, satu kata yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Namun apa sebenarnya cinta itu? kalau ditanya pertanyaan semacam ini mungkin anda lebih tahu secara detail jawabannya. Apalagi bagi anda yang sudah pernah merasakannya atau sedang merasakannya saat ini. Tapi sekarang simpan dulu jawaban anda. Biarkan aku menuliskan yang ku tahu tentang cinta di sini.

Aku sendiri sebenarnya sangat tertarik dengan rasa yang namanya cinta ini. Karena menurutku cinta ini adalah seperti sebuah virus yang sangat hebat dan kuat, siapapun orangnya, profesi apapun, dengan latar belakang apapun sangat berpotensi terkena cinta. Termasuk aku sebagai seorang manusia biasa juga berpotensi terkena virus cinta ini. Sebuah getaran rasa yang menandakan rasa suka, rasa ingin selalu dekat, rasa ingin selalu diperhatikan, rasa ingin selalu bersama orang yang dicintai. Yah, mungkin anda pernah merasakan hal itu, termasuk aku mungkin. Melihat kenyataan bahwa semua orang pasti berpotensi jatuh cinta kepada lawan jenisnya, maka menurutku akan menjadi penting bagi kita untuk mengetahui cinta secara lebih mendalam.

Cinta adalah sebuah fitrah manusia. Seperti pada ayat Quran yang kutuliskan di atas, Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia, entah itu kepada lawan jenisnya, anak, maupun pada harta duniawi. Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu adalah fitrah kemanusiaan. Islam tidak mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai atau mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta itu diutarakan. "Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya". (HR Abu Daud dan At Tirmidzi).

Cinta pada lawan jenis bukanlah sesuatu yang kotor. Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai, mereka juga tidak dilarang untuk jatuh cinta. Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah di dalam hati manusia. Jadi cinta bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Bila bingkainya sesuai syariat yaitu pernikahan, maka cinta itu halal. Namun bila bingkainya pacaran, perselingkuhan dan perzinaan maka cinta itu dilarang. Cinta tidak haram dan akan tetap terjaga kesuciaannya selama tidak menimbulkan kemaksiatan kepada Allah. Inilah yang harus digarisbawahi karena seringkali dengan dalih cinta, namun menghalalkan apa-apa yang Allah haramkan.

Dalam Islam, sebenarnya telah ada peringkat-peringkat cinta, siapa yang harus didahuluan, siapa pula yang harus diutamakan dan siapa yang harus diakhirkan. Tingkatan ini sebaiknya penting untuk diketahui agar kita memiliki prioritas yang benar dalam mencintai. Tidak menjadi seseorang yang salah besar karena menandingi cinta Allah dengan cinta kepada makhlukNya. Menurut Ibnul Qoyyim, terdapat enam peringkat cinta (murotibul mahabah), yaitu :
  1. Peringkat ke-1 dan yang paling tinggi adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata (Q.S. Al Baqarah [2] : 165). Allah lah yang paling utama, tak ada tandingan tak ada bandingan. Allah yang pertama dan akan selalu menjadi yang pertama. Cinta kita kepada Allah harus menjadi puncak dari segala cinta yang kita miliki.
  2. Peringkat ke-2 : 'Isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah SAW. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dll. Namun, bukan untuk menghambakan diri padanya. Kita mencintai Rasulullah dengan segenap konsekuensinya.
  3. Peringkat ke-3 : Syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami istri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah.
  4. Peringkat ke-4 : shahabah yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga.
  5. Peringkat ke-5 : Ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa ini seringkali muncul jika rasa kemanusiaan kita tersentuh. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah berdakwah.
  6. Peringkat ke-6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta kepada selain manusia : harta benda. Namun, cinta ini sebatas intifa' (pendayagunaan/pemanfaatan). Cinta jenis ini pula yang sering menggelincirkan manusia.
Itulah sedikit yang bisa kutulis tentang cinta. Semoga bisa menjadi tambahan referensi dalam mengelola dan mengenal cinta. Karena cinta bisa datang setiap saat pada siapa saja, semoga kita tidak salah dalam mengelolanya nantinya.

Beberapa isi dalam tulisan ini kuambil dari buku karya Burhan Sodiq yang berjudul "Ya Allah, Aku Jatuh Cinta". So, buat yang pingin lebih dalam mengenal tentang cinta dan bisa menelola cinta ketika dia datang tanpa harus terkena dosa silahkan baca buku ini.

"Cinta ibarat kupu-kupu. Makin kau kejar, makin ia menghindar. Tapi bila kau biarkan ia terbang, ia akan menghampirimu di saat kau tak menduganya. Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula ia menyakiti, tapi cinta itu hanya istimewa apabila kau berikan pada seseorang yang layak menerima. Jadi tenang-tenang saja, jangan terburu-buru dan pilihlah yang terbaik".

* Sebuah catatan dari seorang mahasiswa yang tanpa sengaja memikirkan cinta di tengah tugas skripsinya yang menunggu deadline.


read more

Kamis, 09 Juni 2011

[6] Menggapai Kehidupan Bahagia (part 1)


"bahagiakah kita saat ini...?"

Memiliki kehidupan yang bahagia, dimana di dalamnya terdapat ketentraman, kesenangan dan ketenangan hati serta hilangnya keresahan dan kesedihan hati adalah tujuan hidup semua manusia. Setiap orang pasti ingin memiliki hidup yang bahagia, hidup yang benar-benar bahagia, bukan suatu bahagia yang semu belaka. Kebahagiaan yang tidak hanya dinilai dari besarnya materi duniawi tapi juga dari ketentraman dan kebahagiaan hati serta mampu meraih kebahagiaan di akhirat kelak.

Ada banyak pemikiran orang mengenai cara meraih hidup yang bahagia, sebagian ada yang berpendapat hidup bahagia bisa diperoleh dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Orang yang memiliki pemikiran seperti ini akan selalu berusaha agar apa yang ia lakukan mampu menghasilkan keuntungan duniawi, tujuan hidupnya hanya terarah untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya harta. Dalam pikirannya semakin banyak harta yang dikumpulkan maka akan semakin bahagia hidupnya, sehingga hampir seluruh waktu dan tenaga yang ia miliki ia habiskan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya harta. Tak jarang sekarang kita lihat banyak terjadi kasus-kasus korupsi karena adanya pemikiran seperti ini. Menurutku pemikiran seperti ini bukan pemikiran yang tepat dalam meraih kebahagiaan hidup, yang ada nantinya adalah rasa was-was dan khawatir jika harta yang telah ia kumpulkan akan hilang. Hatinya akan selalu merasa tidak tenang, resah dan khawatir terhadap hartanya. Bukannya dapat menikmati hidup yang bahagia, yang ada malah selalu merasa khawatir dan tidak tenang. Apalagi bagi para koruptor, di dunia tidak tenang di akhirat tidak selamat.

Sebagian yang lain ada juga yang berpendapat semakin tinggi kekuasaan yang ia miliki maka ia akan dapat meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Sehingga tak jarang sekarang kita lihat bagaimana ketatnya persaingan yang terjadi diantara orang-orang untuk mendapat kekuasaan/kedudukan yang lebih tinggi. Tidak sedikit orang yang memiliki pemikiran seperti ini melakukan hal-hal yang kurang sehat di dalam persaingannya. Menebar janji palsu, menyogok sana-sini, atau bahkan sampai membuat berita-berita bohong agar ia mendapatkan dukungan dari masyarakat. Menurutku bukan seperti ini jalan untuk mendapat hidup yang bahagia. Jika untuk mendapatkan hidup yang bahagia harus dilalui dengan jalan yang tidak benar apakah hidup yang benar-benar bahagia bisa diraih? Aku rasa tidak.

Saat ini telah banyak beredar buku-buku yang membahas tentang meraih hidup bahagia yang dikarang oleh orang-orang barat. Telah banyak orang-orang yang mengambil manfaat dari buku-buku ini. Namun yang dibahas dalam buku-buku ini kebanyakan hanya membicarakan bahagia di dunia saja yang semu. Salah satu pengarang dari buku-buku ini ternyata tidak mampu menikmati hidup yang bahagia, bahkan ia mati dengan bunuh diri. Ia hanya membicarakan pengembangan diri, bahagia, sukses secara materi duniawi saja tanpa dilandasi agama dan iman sehingga tidak mampu mendapatkan sebenar-benarnya bahagia. Kita, orang Islam telah memiliki banyak buku-buku pengembangan diri yang hebat, yang berbicara tidak hanya dari faktor materi duniawi saja tetapi juga membahas masalah akhirat/hari akhir.

Ada beberapa sarana yang membantu untuk mendapatkan hidup yang bahagia, kalau diringkas maka ada 3 sarana yaitu :
  1. Asbab diniyah, sarana berupa pembenahan kehidupan religi, sarana berupa agama.
  2. Asbab thobi'iyyah, sarana yang bersifat alami.
  3. Asbab 'amaliyah, sarana praktis yang dijalani dengan kesungguhan, berusaha beramal.
Ketiga sarana ini hanya mungkin dimiliki oleh orang-orang beriman saja. Oleh karena itu orang-orang yang tidak beriman walaupun sudah berusaha dengan maksimal untuk meraih hidup bahagia tidak mampu mendapat hasil yang lebih baik dari orang beriman.

Syeikh Abdurrahman bin Nasir Assa'di dalam kitabnya "Menggapai Kehidupan Bahagia" (judul terjemahan) memberikan tips agar kita dapat hidup bahagia. Tipsnya berisi 23 kiat hidup bahagia, isinya sebagai berikut :
  1. Beriman dan beramal sholeh yang sebenarnya. Dalam surat An Nahl : 97, Allah SWT berfirman yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan". Ini adalah janji Allah dan Allah tidak akan mungkin memungkiri janjiNya. Ini adalah janji Allah kepada orang-orang yang memadukan antara iman dan amal sholeh, bahwa mereka akan mendapatkan al hayaatuth thoyyibah (kehidupan yang baik di dunia) dan al jazaa ulhasan (balasan yang baik di dunia dan akhirat). Maka tidak ada keraguan lagi bahwa dengan beriman dan beramal sholeh merupakan kunci pertama untuk mendapat kehidupan yang bahagia.
  2. Berbuat baik kepada orang lain, baik berupa ucapan, perbuatan ataupun berbagai kebaikan-kebaikan yang lain karena mengharap ridho Allah. Dalam Surat An Nisa : 114 Allah berfirman yang artinya : "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar". Kalau kita menyibukan diri kita dengan kebaikan-kebaikan maka dampaknya akan kembali ke kita sendiri. Jika kita membahagiakan dan menyenangkan orang lain (dalam hal kebenaran) maka yang pertama-tama bahagia adalah kita sendiri. Oleh karena itu orang-orang yang senantiasa berbuat baik pada orang lain akan di bantu oleh Allah SWT dalam urusan-urusannya. Allah hilangkan kesumpekan dan kegelisahan hatinya tergantung kadar kebaikan dan kebajikannya kepada orang lain.
  3. Mencari dan menyibukan diri dengan hal-hal yang positif. Menyibukan diri dengan hal-hal yang positif akan menjadi benteng agar kita tidak mengerjakan hal-hal yang negatif. Karena jika tidak menyibukan diri dengan hal yang positif maka diri kita akan menyibukan diri dengan hal yang negatif. Jika kita sudah menyibukan diri dengan hal-hal yang positif maka kita akan bisa melupakan kekalutan hati sehingga jiwa akan senang, semangat tumbuh dan bertambah serta hidup ini semakin cerah.
Pada kesempatan ini mungkin hanya 3 kiat dulu yang bisa aku tulis. Nantikan lanjutannya di tulisan selanjutnya ya. Mari sama-sama kita berusaha meraih hidup yang bahagia, hidup bahagia yang sebenar-benarnya. Semoga Allah memberikan kebahagiaan untuk kita di dunia dan akhirat. aamiin...^.^

Tulisan ini terinspirasi dari ceramah Ustad Abdullah Shaleh Hadrami di Radio Dakwah Islamiyah.

*Catatan seorang mahasiswa yang terinspirasi untuk dapat selalu hidup bahagia di tengah-tengah kegalauan tugas skripsinya.


read more

Kamis, 02 Juni 2011

[5] Mahasiswa 3 Pisau


"mahasiswa berseragam .."
 
Skripsweet (baca:skripsi), satu kata ampuh yang mampu menyedot waktu, menjadi pusat perhatian dan pikiran bagi mahasiswa S1 atau D4 di tahun terakhirnya (termasuk aku di semester 8 saat ini). Jika dulu, sewaktu di SD, SMP atau SMA kita kudu bisa lulus UAN (Ujian Akhir Nasional) agar bisa melanjutkan ke tingkat pendidikan selanjutnya, maka skripsweet ini merupakan salah satu syarat yang kudu dilewati juga agar gelar SARJANA bisa diraih. Skripsweet menjadi sebuah persyaratan akhir seorang mahasiswa agar bisa diwisuda, sebagai akhir dari perjalanan panjangnya selama kuliah di perguruan tinggi. Sebuah bukti bahwa seorang mahasiswa telah mampu menghasilkan suatu karya ilmiah, hasil dari proses belajarnya selama kuliah. Dan sebuah pencapaian yang membutuhkan totalitas perjuangan dari seorang mahasiswa agar bisa menghasilkan suatu karya yang benar - benar bermanfaat.

Mahasiswa yang sedang berada di tahun terakhir itu layaknya seorang yang memiliki 3 pisau. Pisau yang pertama adalah pisau untuk memotong daging (pisau daging), pisau kedua adalah pisau untuk memotong roti (pisau roti) dan pisau ketiga adalah pisau dapur. Maka, ada 3 sikap yang berbeda yang akan dilakukan olehnya ketika ada seseorang yang meminta tolong untuk memotongkan sepotong daging kepadanya. Yang pertama, ia akan menggunakan sembarang pisau yang ia punya untuk memotong daging itu, entah itu pisau daging, pisau roti maupun pisau dapur. Dalam pikirannya yang terpenting adalah daging itu dapat terpotong sesuai dengan keinginannya tanpa memperdulikan pisau apa yang ia gunakan.

Yang kedua, ia akan menggunakan pisau daging untuk memotong daging itu, karena ia telah mengetahui bahwa daging itu akan mudah terpotong sesuai dengan keinginannya ketika ia menggunakan pisau daging. Ia telah mengetahui bahwa ketika menggunakan pisau daging akan lebih mudah dan cepat untuk memotong daging itu daripada dengan menggunakan 2 pisau lainnya yang ia punya. Ia mampu menggunakan pisau yang ia miliki dengan tepat sesuai dengan benda yang akan dipotongnya. Ketika ada seseorang yang meminta untuk memotongkan sayuran atau buah-buahan maka ia gunakan pisau dapur untuk memotongnya. Demikian juga ketika ada seseorang yang meminta untuk memotongkan roti maka ia akan menggunakan pisau roti untuk memotongnya.

Yang ketiga, ia tidak hanya menggunakan pisau daging untuk memotong daging itu, tetapi ia juga memikirkan agar pisau daging yang ia miliki bisa lebih tajam dan cepat untuk memotong daging itu. Tidak hanya sekedar memakai pisau daging yang sudah ia miliki tetapi ia juga berusaha untuk membuat pisau daging yang ia miliki itu lebih tajam bahkan ia berusaha untuk mencari pisau daging lainnya yang memiliki ketajaman lebih dari yang ia miliki, sehingga daging itu akan lebih sempurna terpotong. Hal yang sama ia lakukan ketika akan memotong sayuran atau buah-buahan dengan pisau dapur dan ketika akan memotong roti dengan pisau roti yang ia punya.

Ilustrasi di atas aku buat untuk menggambarkan bagaimana karakteristik seorang mahasiswa yang berada di tahun terakhirnya. Aku ibaratkan metode analisis yang telah dikuasai seorang mahasiswa sebagai pisau yang ia miliki seperti ilustrasi di atas. Seorang mahasiswa dituntut untuk mampu menguasai metode-metode analisis terkait bidang/jurusan yang ia ambil. Sehingga ketika sudah terjun ke masyarakat atau dunia pekerjaannya ia mampu menganalisis dan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat atau terkait pekerjaannya dengan tepat dan mampu menemukan solusi pemecahannya. Oleh karena itu, seorang mahasiswa sebelum diwisuda sebagai tanda kelulusannya perlu diuji terlebih dahulu. Ia harus mampu menulis skripsi bagi mahasiswa tingkat S1 atau D4, thesis bagi mahasiswa tingkat S2 dan disertasi bagi mahasiswa tingkat S3. Ia dituntut untuk membuktikan kalau ia telah mampu menggunakan metode analisis dan ilmu yang telah ia pelajari selama kuliah dalam bentuk tulisan-tulisan tadi sesuai permasalahan ilmiah yang ia ambil. Aku ibaratkan pisau yang dimiliki orang di atas adalah metode analisis yang telah ia kuasai dan permasalahan ilmiah itu sebagai sepotong daging yang akan dipotong seperti ilustrasi di atas.

Seorang mahasiswa S1 atau D4 yang sedang menyusun skripsi adalah seperti sikap pertama dalam ilustrasi di atas. Ketika mengerjakan skripsi, pada dasarnya ia hanya dituntut untuk dapat menggunakan salah satu metode analisis yang telah ia pelajari untuk menyelesaikan suatu permasalahan ilmiah. Ia hanya dituntut untuk membuktikan bahwa ia telah mampu menggunakan salah satu metode analisis yang telah ia pelajari untuk menyelesaikan suatu permasalahan ilmiah. Sedangkan penyusunan thesis mahasiswa S2 adalah seperti sikap kedua dalam ilustrasi di atas. Ia dituntut untuk mampu menggunakan dengan tepat metode analisis sesuai dengan permasalahan yang dihadapi sehingga mampu menghasilkan analisis yang lebih tajam dan akurat. Sedangkan sikap ketiga seperti pada ilustrasi di atas adalah seperti seorang mahasiswa S3 yang sedang menyusun disertasinya. Ia tidak hanya dituntut untuk mampu menggunakan metode analisis dengan tepat dan memberikan hasil analisis yang tajam dan akurat, tetapi ia juga diharapkan mampu menyempurnakan metode analisis yang telah ada atau menciptakan metode analisis baru yang lebih bagus dari sebelumnya.

Jadi, dalam penyusunan skripsi, thesis maupun disertasi itu sebenarnya sudah ada tingkat-tingkat kesulitannya sendiri. Maka akan lebih nyaman dan tepat ketika menyusun skripsi itu ya sesuai dengan tingkat kesulitan pembuatan skripsi. Sepertinya akan sangat repot ketika membuat skripsi tetapi sudah berani mengambil kesulitan setingkat thesis atau disertasi. Memang tidak salah, asal ia mampu dan memang memiliki kemampuan, dan mungkin ini akan sangat berguna. Tapi kalau ada yang lebih mudah ngapain pilih yang susah-susah. Walau itu sederhana tapi benar dan sesuai aturan aku rasa malah akan lebih baik daripada menyusahkan diri untuk mengambil sesuatu yang lebih susah diraih. Mending sekarang yang sederhana dulu untuk skripsi, baru menyiapkan yang lebih lagi di thesis dan disertasi nantinya (semoga bisa sampai S3 beneran, aamiin). Kalau skripsi saja sudah dikerjakan setingkat disertasi, gimana disertasinya? So, aku rasa bertahap itu akan lebih baik.

Ayo, buat yang lagi nyusun skripsi (termasuk aku) tetap semangat. Kalau kita hanya mahir memakai pisau dapur pakailah pisau dapur itu dulu untuk memotong daging, daripada memaksakan memakai pisau daging tetapi akhirnya daging itu tidak terpotong atau malah akhirnya melukai kita sendiri karena kita belum mahir memakainya. Hanya tinggal ini, setelah itu wisuda, memakai toga dan buat orang tua bahagia. Skripsweet ini kudu selesai!
24 September 2011, tunggu aku.
Semangat semuanya! semoga skripsweet ini benar-benar berakhir dengan so sweet..;D

*sebuah catatan seorang mahasiswa yang semakin bingung dengan skripsinya (semoga dimudahkan..aamiin).
read more