Rabu, 07 November 2012

[31] Kembali ke Ikhlas (lagi)


Sepertinya tak akan ada kata henti untuk terus meyakinkan hati ini agar senantiasa tetap ikhlas dalam menjalankan segala amal kebaikan. Karena betapapun banyak usaha, tenaga maupun pikiran selama tidak ikhlas melakukannya, tidak akan ada nilainya di hadapan Allah. Selalu hadir dalam kajian dan taklim tapi kalau hanya ingin disebut sebagai orang sholeh maka itu tidak memiliki nilai apapun. Menyumbangkan seluruh harta jika hanya ingin mendapat gelar dermawan maka itupun tak akan ada nilainya. Membaca Al Qur’an dengan suara indah dan tartil tapi hanya sekedar ingin memamerkan suaranya yang indah dan ilmu tajwid yang dimilikinya dihadapan orang-orang namun bukan Allah yang dituju, maka itu hanya akan menjadi sesuatu yang tidak bernilai di hadapan Allah.

Sumber gambar : Google

Ikhlas terletak di dalam niat hati. Rasulullah SAW telah memberikan rambu-rambu kepada kita agar senantiasa memperhatikan dan menghadirkan niat pada setiap hal yang akan kita lakukan. Amal yang kita lakukan dinilai dari niat yang ada di dalam hati kita, karena itulah niat disebut pengikat amal.  Niat merupakan kunci diterimanya amal kebaikan yang kita lakukan, orang yang tidak pernah memperhatikan niat dalam hatinya berarti ia telah bersiap untuk membuang waktu, tenaga, pikiran maupun hartanya dengan percuma, tanpa arti.

Lalu, apa sebenarnya ikhlas itu? Imam Ali mengatakan bahwa orang yang ikhlas adalah orang yang memusatkan pikirannya agar setiap amal yang dilakukan diterima oleh Allah. Konsentrasi orang yang ikhlas cuma satu, yaitu bagaimana agar apa yang dilakukannya diterima oleh Allah. Ia tidak mengharapkan apapun dari siapapun karena kenikmatan bagi orang yang ikhlas bukan dari mendapatkan, tapi dari apa yang bisa dipersembahkan. Keikhlasan menjadi sesuatu yang amat berharga nilainya, ia adalah obat bagi jiwa yang merindukan ketentraman dan hati yang merindukan ketenangan. Jiwa seorang yang ikhlas adalah jiwa yang tentram, hati orang yang ikhlas adalah hati yang tenang, hidupnya menjadi indah, mudah dan penuh makna. Ia tidak terjebak pada harapan-harapan akan imbalan, pujian maupun penghargaan dari orang, sehingga yang ia rasakan adalah ketenangan dan kepuasan dalam hidup. Inilah buah dari keikhlasan yang bisa didapat oleh orang yang mampu melakukannya. Mampu menjaga niat hati agar selalu ikhlas karena Allah.

Semoga kita senantiasa menjadi seorang hamba yang memperhatikan niat hati kita. Menjadikan niat kita penuh keikhlasan karena Allah, baik itu diawal, tengah maupun akhir semua amal kita. Allah lah pemilik hati kita, Allah Maha Tahu segala isi dalam hati kita. Semoga Allah mengaruniakan kepada kita hati yang senantiasa ikhlas. Yang mampu memberikan kekuatan sehingga tidak kalah oleh harapan akan pujian dan penghargaan semata. Allaahu Akbar!

read more