Selasa, 23 April 2013

[38] Jumlah dan Persebaran Penduduk di Indonesia


Berhubung sekarang saya nyasar ke seksi sosial, kayanya ga ada salahnya kalo mulai coba-coba nulis artikel tentang sosial. Tadi sempet lihat publikasi Hasil Olah Cepat Sensus Penduduk 2010 di perpus, jadi tertarik buat artikel tentang itu. Ga perlu banyak-banyak dulu ya, seadanya saja dulu, namanya juga coba-coba..hehee. Insya Allah kali ini saya ingin mengulas sedikit tentang situasi kependudukan Indonesia sampai tahun 2010, pastinya bersumber dari hasil SP2010. Biar ada pembandingnya, saya coba sajikan juga keadaan tahun 2000 bersumber dari hasil SP2000. 

Situasi Kependudukan di Indonesia
Penduduk merupakan salah satu sumber daya yang memegang peranan cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Penduduk dapat memacu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan. Selain itu kesejahteraan penduduk juga menjadi sasaran utama proses pembangunan Indonesia, sehingga keadaan penduduk perlu mendapat perhatian, khususnya pada era globalisasi seperti saat ini.

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Indonesia Menurut Propinsi Tahun 2000-2010

Indonesia merupakan negara yang memiliki jumlah penduduk yang besar, dari tahun ke tahun kecenderungan jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat dari tahun 2000 sampai 2010 dengan laju pertumbuhan penduduk cenderung menurun sampai tahun 2000 dan meningkat pada tahun 2010. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 meningkat dari 205.132.458 jiwa pada tahun 2000 menjadi 237.556.363 jiwa dengan laju pertumbuhannya sebesar 1,49 persen. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia antara tahun 2000-2010 adalah sebesar 1,49 persen, artinya setiap tahun antara tahun 2000 sampai tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia bertambah sebesar 1,49 persen-nya. 

Laju pertumbuhan penduduk Indonesia pada tahun 2000-2010 yang mengalami peningkatan dibandingkan laju pertumbuhan penduduk tahun 1990-2000 menunjukan pertambahan jumlah penduduk yang semakin besar selama periode tahun 2000-2010 dibandingkan dengan tahun 1990-2000. Tingginya laju pertumbuhan penduduk dan jumlah penduduk yang semakin besar ini dapat menimbulkan banyak permasalahan jika tidak ditangani dengan baik. Hal ini disebabkan antara lain karena laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk, selain itu jumlah penduduk yang terus meningkat juga diikuti dengan kenaikan jumlah angkatan kerja yang tinggi.

Pada tahun 2010, sebanyak 57,48 persen penduduk Indonesia berada di pulau Jawa, sedangkan penduduk yang tinggal di pulau Maluku dan Papua tidak lebih dari 3 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Padahal jika dibandingkan, luas wilayah pulau Jawa hanya sekitar 7 persen dari seluruh wilayah daratan Indonesia, sedangkan gabungan pulau Maluku dan Papua memiliki luas wilayah sekitar 24 persen dari seluruh luas Indonesia. 

Pulau dengan luas wilayah yang lebih besar dari pulau Jawa lainnya seperti Kalimantan dan Sulawesi juga hanya dihuni oleh tidak lebih dari 13 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Hal ini menunjukkan persebaran penduduk di Indonesia pada tahun 2010 masih terpusat di pulau Jawa walaupun dengan luas wilayah yang tidak begitu luas. Sedangkan pulau-pulau yang memiliki luas wilayah lebih besar dari pulau Jawa justru hanya dihuni oleh sedikit penduduk dari total penduduk Indonesia, kecuali pulau Sumatera yang memiliki persentase sebesar 21 persen dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.

Secara lebih rinci persebaran penduduk di Indonesia berdasarkan propinsi pada tahun 2000 dan 2010 terlihat pada gambar di bawah ini.

 Gambar 1. Peta Persebaran Penduduk Indonesia Menurut Propinsi Tahun 2000

Gambar 2. Peta Persebaran Penduduk Indonesia Menurut Propinsi Tahun 2010

Pada gambar 1 di atas terlihat bahwa pada tahun 2000, propinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah propinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia (ditandai dengan warna merah pada peta), sedangkan propinsi Banten memiliki tingkat kepadatan lebih rendah dibandingkan ketiga propinsi tersebut. Propinsi di luar Pulau Jawa yang memiliki jumlah penduduk cukup besar adalah Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan (ditandai dengan warna biru pada peta).

Pada gambar 2 terlihat bahwa pada tahun 2010, propinsi Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah adalah propinsi yang masih memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Sedangkan propinsi di luar Pulau Jawa yang memiliki jumlah penduduk cukup besar adalah Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Selatan dan Sulawesi Selatan. Jika kita bandingkan jumlah penduduk berdasarkan propinsi pada tahun 2000 dan 2010 terlihat bahwa propinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur mengalami percepatan pertumbuhan penduduk dibandingkan propinsi lainnya. Hal ini terlihat dari peta dimana pada tahun 2000 kedua propinsi ini masih berwarna orange sedangkan pada tahun 2010 sudah berubah menjadi hijau. Percepatan pertumbuhan ini juga terjadi pada beberapa pulau di propinsi Maluku dan Papua.

Kayanya cukup di sini dulu. Semoga Bermanfaat untuk temen-temen pembaca. 
Wallahu a'lam bishowab.

Bumi Gorontalo, 23 April 2013
        -Eka Nurdiyanto- 


Sumber Referensi:
  1. Skripsi Eka Nurdiyanto, "Struktur Ekonomi dan Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 2011-2012".
  2. Publikasi BPS, "Hasil Olah Cepat Sensus Penduduk 2010".
  3. Web resmi Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/). 

read more

Jumat, 19 April 2013

[37] Pertumbuhan Ekonomi vs Pengangguran di Indonesia (SKI Part 3)


Pada tulisan seri ketiga tentang Struktur Ketenagakerjaan Indonesia ini, kita akan membahas bersama mengenai kaitan pertumbuhan ekonomi dan angkatan kerja di Indonesia. Jika kita berbicara tentang pertumbuhan ekonomi dan angkatan kerja, maka kita akan menemukan cukup banyak teori tentang dua hal ini. Salah satunya Todaro (2000) mengatakan bahwa pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau negatif dari pembangunan ekonominya. 

Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti kecakapan manajerial dan administrasi. Dalam model sederhana tentang pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai angkatan kerja yang bersifat homogen.

Untuk lebih jelasnya mari kita sama-sama melihat gambaran dari kedua hal di atas melalui analisis deskriptif dari data yang tersedia. 

Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran di Indonesia
Analisis deskriptif yang saya lakukan untuk melihat bagaimana pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang terjadi di Indonesia pada kesempatan kali ini menggunakan range data dari tahun 1986-2010. Secara lebih rinci saya gambarkan dalam grafik di bawah ini.

 Pertumbuhan PDB Indonesia dan Tingkat Pengangguran Tahun 1986-2010

Saya akan menganalisisnya sama seperti pada saat menganalisis pertumbuhan ekonomi di Indonesia seperti pada artikel sebelumnya, dimana kita bagi analisis dalam tiga periode waktu, yaitu pada periode sebelum krisis ekonomi (1986-1996), pada saat krisis (1997-1999) dan setelah krisis (2000-2010). Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode sebelum krisis memiliki rata-rata yang cukup besar yaitu 7,76 persen. Pada periode ini terlihat bahwa tingkat pengangguran di Indonesia selalu berada di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi. Artinya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tercipta selama periode tersebut telah mampu menciptakan lebih banyak kesempatan kerja sehingga pertumbuhan tingkat pengangguran lebih kecil daripada pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Memasuki tahun 1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia mulai menunjukan kecenderungan yang menurun dan puncaknya terjadi pada tahun 1998 dimana pada saat itu pertumbuhan ekonomi terpuruk pada tingkat -13,24 persen. Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi ini ternyata diikuti dengan semakin naiknya tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran di Indonesia terus meningkat sejak tahun 1997 yang nilainya hampir menyamai tingkat pertumbuhan ekonomi pada waktu itu, yaitu tingkat pengangguran sebesar 4,29 persen sedangkan pertumbuhan ekonominya sebesar 4,59 persen. Setelah tahun 1997, terlihat bahwa tingkat pengangguran Indonesia nilainya selalu berada di atas tingkat pertumbuhan ekonomi sampai dengan saat ini. 

Terpuruknya perekonomian Indonesia pada saat krisis  ekonomi membawa pengaruh pada semakin tingginya tingkat pengangguran. Hal ini karena tingkat pertumbuhan ekonomi yang turun berarti PDB saat itu turun dari periode sebelumnya. PDB yang turun berarti tingkat produksi output dari kegiatan produksi turun, hal ini menyebabkan permintaan terhadap tenaga kerja akan semakin turun. Banyaknya pekerja yang di PHK dan terus bertambahnya angkatan kerja semakin menambah tingkat pengangguran saat itu.
 
Tingkat pengangguran setelah periode krisis ekonomi masih terlihat terus meningkat hingga tahun 2005, bahkan mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia yaitu mencapai angka 11,24 persen. Namun, setelah tahun 2005 tingkat pengangguran ini secara perlahan terus turun hingga mencapai 7,14 persen pada tahun 2010. Kinerja perkonomian Indonesia juga semakin baik pada periode ini, hal ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran dengan pertumbuhan ekonomi hanya berbeda 1.03 persen dan diharapkan tingkat pengangguran ini akan semakin turun pada tahun berikutnya.

Secara lebih rinci, hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja dapat dilihat melalui beberapa indikator/ukuran. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja ini antara lain dapat dilihat melalui: MPL (Marginal Productivity for Labor), elastisitas tenaga kerja, dan ILOR (Incremental Labor Output Ratio). MPL merupakan tambahan produksi yang diakibatkan penambahan satu tenaga kerja yang digunakan (Sukirno, 1996). ILOR adalah besarnya tambahan tenaga kerja yang dibutuhkan untuk menaikkan satu unit output baik secara fisik maupun nilai. Sedangkan elastisitas tenaga kerja merupakan presentase penambahan tenaga kerja untuk setiap satu persen pertumbuhan output.

Elastisitas Tenaga Kerja Indonesia
Elastisitas tenaga kerja dapat ditentukan nilainya dengan mencari rasio antara pertumbuhan ekonomi dengan pertumbuhan tenaga kerja. Untuk melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja dalam penelitian ini hanya akan dilihat dari ukuran elastisitas saja. Secara nasional tingkat elastisitas tenaga kerja Indonesia selama tahun 1989-2010 saya sajikan dalam tabel dibawah ini.

Elastisitas Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 1987-2010

Dari tahun 1987-2010 angka elastisitas tenaga kerja Indonesia selalu berada di bawah satu kecuali tahun 1999. Angka elastisitas tenaga kerja di bawah 1 ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja di Indonesia bersifat inelastis, artinya setiap perubahan output sebesar 1 persen akan mengakibatkan perubahan kesempatan kerja kurang dari 1 persen. Pada tahun 2010 angka elastisitas tenaga kerja sebesar 0,52 artinya apabila terjadi peningkatan PDB Indonesia sebesar 1 persen maka akan menyebabkan terjadinya peningkatan kesempatan kerja di Indonesia sebesar 0,52 persen. Demikian juga pada tahun-tahun yang lain, angka elastisitas diartikan sama seperti penjelasan di atas.

Angka elastisitas tenaga kerja yang berada di bawah 1 ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia lebih cepat dari laju pertumbuhan kesempatan kerja. Hal ini berarti pertumbuhan ekonomi yang tercipta selama ini belum mampu menyediakan kesempatan kerja yang besar. Nilai elastisitas sebesar 1 adalah nilai elastisitas yang ideal, dimana peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi mampu meningkatkan kesempatan kerja seimbang dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut. Angka elastisitas terendah ada pada tahun 1998, yaitu pada saat terjadi krisis ekonomi. Hal ini terjadi karena pada waktu itu pertumbuhan ekonomi Indonesia memang sedang mengalami keterpurukan sehingga pertumbuhan yang terjadi tidak mampu menciptakan kesempatan kerja, justru banyak para pekerja yang kehilangan pekerjaannya.

Tulisan kali ini saya cukupkan sampai di sini dulu. Semoga bermanfaat untuk temen-temen pembaca. 
Wallahu a'lam bishowab.


Bumi Gorontalo, 19 April 2013
        -Eka Nurdiyanto- 


Sumber Referensi:
  1. Skripsi Eka Nurdiyanto, "Struktur Ekonomi dan Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 2011-2012".
  2. Web resmi Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/).
read more

Jumat, 15 Maret 2013

[36] Sholat Jama'ah Yuks!


Semangat...semangaat...semangaaaat...!
Hehee, lagi pingin teriak dikit nih. Kaya nya udah lama ga bisa teriak-teriak sekenceng-kencengnya kaya di Ancol dulu, apalagi sekarang Ancol dah nun jauh di sana (kebiasaan sering nriaki laut Ancol dulu).  

Kayanya memang sudah menjadi sifat semangat ya, kadang dia bagus banget tapi tak jarang juga dia mlempem. Dan saya pikir itu mencakup untuk banyak hal, termasuk semangat dalam beribadah kepada Allah Swt. Jadi ceritanya gini kenapa tiba-tiba jadi ngomongin tentang semangat. Tadi sore lepas pulang dari kantor saya coba-coba nasehatin adik saya tercinta di rumah sana via chat FB. Dia lagi galau sebentar lagi mau ujian kelulusan SMP. Nah, inti nya saya nasehatin dia biar terus semangat ibadah. "Sholat jama'ah jangan sampe bolong ya!" (adik saya laki-laki). Karena, kuncinya semakin baik hubungan kita dengan Allah maka Allah akan mempermudah semua urusan kita. 

Setelah banyak kasih saran ma nasehat sana-sini biar dia tambah semangat ibadah ma belajar berakhirlah chatingan kami. Dalam hati saya, enak betul ya, ngasih nasehat ke orang lain biar jangan sampe bolong sholat jama'ahnya, berasa diri ini sudah ga pernah ketinggalan sholat jama'ah aja. Enak emang ngasih nasehat ke orang lain padahal justru yang butuh banyak nasehat adalah diri sendiri. Alhasil jadi kepecut sendiri, masa ngasih nasehat kaya gitu ke orang lain tapi sendirinya ga sempurna nglakuinnya. Jadi malu sendiri.

Ngomongin tentang sholat jama'ah, berarti kita sedang ngomongin salah satu ibadah agung yang seharusnya menjadi perhatian kita (khususnya kaum laki). Namun jika kita lihat dari kenyataan yang ada, saat ini semakin banyak kaum laki yang terlihat mulai meninggalkannya.Tengoklah di serambi Madinah (Gorontalo) ini, tempat saya berlabuh sekarang. Di sini sangat banyak masjid, sangat mudah sekali menemukan masjid untuk sholat, karena memang 96,82 persen penduduk Gorontalo beragama Islam (Gorontalo Dalam Angka 2011, BPS) namun, banyaknya orang yang sholat jama'ah di dalamnya tidak sebanyak masjid yang berdiri di sini (my opinion). Di masjid dekat kos saya misalnya dari sholat 5 waktu, jumlah orang (laki) paling banyak tiap harinya yang sholat jama'ah hanya sekitar 7 orang. Tak jarang saya temui muadzinnya merangkap sebagai imam sekaligus makmum.

Padahal, sangat banyak keutamaan yang ada di balik ibadah satu ini. Biar semangat sholat jama'ah, yuk mari kita tengok ada apa di balik ibadah yang satu ini.

Dari Ibnu Umar r.a bahwa Rasulullah saw. bersabda, ”Shalat jama’ah melebihi shalat sendirian dengan (pahala) dua puluh tujuh derajat.” (Muttafaqun ‘alaih Fathul Bari II: 131 no: 645, Muslim I: 450 no: 650, Tirmidzi I: 138 no: 215, Nasa’i II no: 103 dan Ibnu Majah I: 259 no: 789). Pilih mana, satu atau dua puluh tujuh derajat?

Dari Abu Hurairah r.a dan Nabi saw. bersabda, “Barang siapa berangkat sore dan pagi ke masjid (untuk shalat jama’ah), niscaya Allah menyediakan baginya tempat tinggal di surga setiap kali ia berangkat sore dan pagi (ke masjid).” (Muttafaqun ‘Alaih: Fathul Bari II: 148 no: 662 dan Muslim I : 463 no: 669). Sholat subuh berjama'ah menurut saya memiliki tantangan terberat, pagi-pagi lagi enaknya tidur tapi harus bangun dan keluar rumah ke masjid. Tapi tengoklah apa yang ada di baliknya. Subhanallah...surga cuy.^^ Yuk mari kita sama-sama berusaha biar ga bolong sholat subuh berjama'ahnya.

Barangsiapa berangkat ke masjid, maka satu langkah menghapus satu keburukan, dan satu langkah ditulis satu kebaikan, di saat pergi dan pulang. (HR. Ahmad, no: 6599, 10/103, dari Abdulloh bin Amr bin Al-Ash, dishohihkan syaikh Ahmad Syakir). Nah, mantapkan...kalo rumah kita jauh dari masjid berarti kan semakin banyak keburukan yang ilang trus catatan kebaikan juga nambah. 

Sebenarnya masih sangat banyak yang bisa kita dapat dari sholat berjama'ah. Yang di atas cuma beberapa saja, semoga bisa menaikan semangat kita untuk bisa memakmurkan masjid Allah dengan sholat jama'ah. Intinya semua harus dengan niat yang lurus. Seberapapun banyak kita sholat jama'ah di masjid tapi niat di hati sana masih belum karena Allah maka nilainya akan kecil, bahkan bisa jadi tidak bernilai.

Yuk mari kita sholat jama'ah di masjid. On time...di awal waktu. ^^



Bumi Gorontalo, 15 Maret 2013

        -Eka Nurdiyanto-
read more

Rabu, 27 Februari 2013

[35] Rezekiku Punyaku, Rezekimu ya Untukmu


Hidup adalah sebuah perjalanan, dia dimulai dari awal pemberangkatan dan akan berujung pada suatu titik pemberhentian. Diawali dari keluarnya kita dari rahim bunda dan diakhiri dengan dikuburnya kita di liang lahat sana. Ruang diantara awal dan akhir ini akan terisi oleh sebuah siklus yang senantiasa berjalan. Siklus yang memiliki masa berbeda untuk tiap orang. Selama pinjaman waktu yang diberikan oleh-Nya masih ada, maka siklus ini pun akan tetap berjalan. Sebuah misteri memang, jika kita bertanya seberapa lama perjalanan ini akan berakhir. Karena semua itu adalah rahasia-Nya, kita tak akan pernah tahu kapan perjalanan kita akan berakhir dan memang tidak seharusnya tahu. Yang kita harus tahu adalah sudah sejauh mana kita menyiapkan diri untuk sampai di titik pemberhentian yang telah Allah Swt. tetapkan.

Allah Swt. itu Maha Adil, tidak ada manusia yang dilahirkan di dunia ini tanpa dilengkapi rezeki oleh-Nya. Allah Swt. tidak serta merta membiarkan kita menempuh perjalanan panjang ini tanpa dibekali perbekalan yang mencukupi. Melainkan Allah Swt. sudah menetapkan berbagai perbekalan untuk kita jauh-jauh sebelum kita dilahirkan. Allah Swt. tetapkan atas kita rezeki yang nantinya akan sangat kita butuhkan sepanjang perjalanan hidup. Dia juga menetapkan jodoh untuk kita sebagai teman di sepanjang perjalanan hidup, karena Dia tahu kita tak akan mampu hidup sendiri. Bahkan Allah perbolehkan untuk kita (laki-laki) menikahi sampai 4 orang wanita jika memang kita mampu bersikap adil untuk mereka. Maha Besar Allah.

Jika ternyata disepanjang perjalanan, Allah Swt. tidak mempertemukan kita dengan jodoh kita, maka inilah yang terbaik menurut-Nya. Bisa jadi Allah Swt. telah menyiapkan untuk kita yang lebih baik di surga-Nya nanti, karena Allah Swt. itu Maha Adil. Sepanjang apa perjalanan yang harus kita tempuh juga sudah ditentukan oleh Allah Swt. sehingga kita tidak perlu bingung memikirkan kapan mau berhenti dari perjalanan ini. Karena Allah juga telah menentukan sejauh mana usia kita akan berujung. Semua itu sudah Allah tentukan dan menjadi takdir untuk kita.

Berbicara tentang rezeki, maka akan banyak sekali sikap orang dalam menanggapinya. Tak bisa dipungkiri memang, rezeki merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Ada salah satu fenomena yang saat ini tidak jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, banyak diantara kita yang walaupun rezekinya pas-pasan namun hidupnya bisa bahagia dan tenang. Namun banyak pula diantara kita yang rezekinya berlimpah justru hidupnya malah penuh dengan kegelisahan. Permasalahan ini sebenarnya timbul karena adanya pemahaman yang berbeda tentang hakikat rezeki.

Allah Swt. telah memberikan kita pedoman terkait rezeki yang terdapat dalam beberapa ayat Al Qur'an, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut,
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan". (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 22-23)

Rezeki adalah suatu kepastian yang telah Allah tetapkan untuk setiap makhluk-Nya. Allah Swt. telah menjamin rezeki untuk setiap makhluk-Nya. Sehingga menjadi keharusan bagi kita untuk senantiasa meyakini bahwa mustahil akan ada makhluk yang dapat hidup tanpa rezeki yang telah Allah Swt. tetapkan untuknya.

"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Ankabut [29]: 60)

Ada salah satu rumus penting yang pernah saya dapatkan, "Perbaikilah hubunganmu dengan Allah, maka Allah akan perbaiki hubunganmu dengan pekerjaanmu-dengan duniamu". Intisari dari rumus ini jika dikaitkan dengan rejeki mungkin akan tergambar jelas di dalam Surat Ath Thalaq ayat 2-3. 

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.

Jika diambil sebuah benang merah, maka sebenarnya turunnya rezeki itu akan dimudahkan oleh Allah Swt. dengan senantiasa memperbaiki hubungan kita dengan Allah, melakukan amal sholeh dan ketaqwaan kepada Nya. Lalu apakah ketika kita tidak melakukan amal sholeh dan ketaqwaan Allah tidak akan menurunkan rezekinya untuk kita? Jawabannya adalah Ya. Karena rezeki tidak akan datang jika kita melakukan maksiat dan pelanggaran. Namun sekarang banyak orang yang melakukan maksiat tapi mereka kaya raya dengan rezeki yang melimpah? Jawabannya adalah sebenarnya itu istidraj. Semua tindakan maksiat yang Allah balas dengan nikmat, kemudian Allah buat dia lupa untuk beristighfar sehingga dia semakin dekat dengan azab sedikit demi sedikit, selanjutnya Allah berikan semua hukumannya pada saatnya kelak. Atau dengan kata lain itu adalah suatu bentuk penguluran dari Allah Swt. tetapi kemudian akan dijatuhkan secara sangat menyakitkan dan mungkin tiba-tiba dan tidak dapat menghindar.

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa". (Q.S. Al An'am [6]: 44)

Sehingga menjadi kewajiban bagi kita untuk senantiasa meyakini bahwa rezeki adalah kehendak dari Allah Swt. Dia-lah yang telah menentukan kadar rezeki untuk masing-masing makhlukNya. Semakin dekat kita kepada Allah maka insya Allah akan semakin dimudahkan rezeki kita oleh Nya.

Teruslah bersabar-beramal-bersyukur-bersedekah

Wallahu A'lam.


Bumi Gorontalo, 27 Februari 2013

     -Eka Nurdiyanto-


Ditulis dari berbagai sumber referensi .
read more

Jumat, 22 Februari 2013

[34] Dibalik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang ‘Keren’


Sampai saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki nilai yang cukup baik diantara negara-negara lain di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka di atas 6 persen pada beberapa tahun terakhir ini merupakan suatu prestasi ekonomi yang cukup baik yang mampu diraih Indonesia. Pasalnya pada beberapa tahun terakhir ini keadaan perekonomian dunia sebenarnya berada dalam kondisi yang kurang baik. Adanya krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat dan Eropa setidaknya membuat beberapa negara juga menerima dampaknya. Namun, tercatat sampai dengan saat ini Indonesia justru terus menunjukan performa perekonomian yang cukup baik, hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan ekonomi yang mampu tumbuh di atas 6 persen.

Dibalik pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ‘keren’ ini, sebenarnya masih ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian kita. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai nilai di atas 6 persen pada beberapa tahun terakhir ini masih didorong oleh sektor non-tradable, yaitu sektor ekonomi yang tidak menghasilkan barang untuk diperjualbelikan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan sektor non-tradable pada beberapa tahun terakhir yang mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan (Produk Domestik Bruto) rata-rata. Sedangkan pertumbuhan sektor tradable (sektor pertanian, pertambangan dan industri) sendiri nilainya selalu dibawah pertumbuhan PDB. Jika kita lihat data yang ada, untuk tahun 2001 sampai 2011 misalnya, terlihat bahwa pertumbuhan sektor tradable nilainya selalu lebih rendah dari pertumbuhan PDB. 

       Tabel Perbandingan Pertumbuhan Sektor 
 Tradable dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Padahal jika kita lihat dari struktur penyerapan tenaga kerja Indonesia sampai saat ini, sektor tradable adalah sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2010 misalnya, sektor tradable mampu menyerap sampai 52,28% dari jumlah tenaga kerja yang ada. 


Idealnya, sektor tradable di Indonesia seharusnya memiliki pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam. Sehingga menjadi kurang wajar sebenarnya jika ternyata sektor yang selalu mengalami peningkatan pertumbuhan melebihi pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun terakhir ini adalah sektor non-tradable.

Melihat kenyataan ini, sudah banyak pihak yang kemudian menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sebenarnya berdiri di atas pondasi yang rapuh. Saya sendiri sedikit banyak sepakat dengan pendapat ini. Sekarang mari kita berpikir untuk jangka panjang. Sektor tradable sebagai sektor yang paling dominan dalam menghasilkan devisa bagi negara, saat ini berada dalam kondisi yang kurang bisa berkembang secara optimal (terlihat dari nilai pertumbuhannya yang masih rendah).  Sedangkan sektor tradable sendiri adalah sektor penghasil barang yang memiliki kekuatan besar untuk diperjualbelikan maupun untuk memenuhi kebutuhan sendiri.



Negara yang mampu menghasilkan berbagai barang atau produk sendiri menurut saya akan memiliki kekuatan perekonomian yang lebih kuat, yang jika suatu saat terjadi goncangan terhadap perekonomiannya akan lebih mampu bertahan. Secara sederhananya, mungkin saya ambil contoh seperti ini. Sebuah pabrik  mobil yang mampu memproduksi mobil secara optimal akan memberikan multiplayer efek yang baik juga untuk sektor yang lain. Dimulai dari komponen-komponen penyusun mobil itu sendiri, misalnya saja ban. Semakin banyak permintaan mobil dari konsumen maka permintaan ban secara otomatis akan ikut meningkat. Sebagai efeknya, permintaan terhadap karet sebagai bahan baku pembuatan ban akan ikut mengalami peningkatan. Dengan semakin meningkatnya permintaan karet dari pabrik ban ini, maka petani karet akan meningkatkan produksi karetnya, secara otomatis petani karet akan membutuhkan lebih banyak pupuk maupun barang lainnya untuk meningkatkan produksi karetnya. 

Bisa dibayangkan akan banyak sektor yang mampu ikut bergerak, padahal untuk membuat mobil membutuhkan sangat banyak komponen penyusun selain ban. Apalagi jika semua bahan baku yang dipakai adalah bahan baku yang berasal dari dalam negeri sendiri, saya pikir perekonomian Indonesia akan lebih mampu bergerak lagi. Melihat kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia serta sumber daya manusia yang mencukupi, saya pikir bukan tidak mungkin jika Indonesia akan mampu untuk mencapai perekonomian yang tidak hanya tinggi namun juga kokoh dari dasarnya.

Ketika saya memperhatikan alat jahit yang dipakai istri saya, saya sempat terheran-heran ketika melihat jarum jahit dan benik ceplis yang ada di kotak peralatan jahitnya. Tertulis di sana ternyata jarum itu buatan China sedangkan benik nya buatan Jerman. Kreatif juga ya mereka, mampu menemukan ide untuk memproduksi barang-barang yang saya anggap sepele namun ternyata menjadi suatu kebutuhan yang dicari oleh orang-orang hingga akhirnya mampu diekspor ke negara lain. Walaupun barangnya kecil namun jika permintaannya banyak kan pada ujungnya juga lumayan dalam menghasilkan devisa bagi negara.

Semoga ke depan Indonesia mampu menjadi negara berbasis produksi yang mampu terus meningkatkan ekspor. Langkah kecil yang bisa kita lakukan saat ini adalah terus cintai dan gunakan produk dalam negeri, produk buatan bangsa sendiri. ^.^



Bumi Gorontalo, 22 Februari 2013

        -Eka Nurdiyanto-




Sumber Referensi: 
  1. Skripsi Eka Nurdiyanto, "Struktur Ekonomi dan Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 2011-2012".
  2. Web resmi Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/)
  3. Kompas.com (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/26/15274114/Pertumbuhan.Ekonomi.Nasional.Didorong.Oleh.Sektor.Non-Tradable.)
read more

Senin, 28 Januari 2013

[33] Struktur Ketenagakerjaan Indonesia (part 2)


Melanjutkan pembahasan pada artikel Struktur Ketenagakerjaan Indonesia (part 1), insya Allah pada kesempatan kali ini saya akan menuliskan analisis deskriptif terkait kondisi ketenagakerjaan Indonesia serta kaitannya dengan struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. 

Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia
Salah satu ciri negara berkembang dari sisi demografi adalah tingginya proporsi usia muda (0-14 tahun). Jika kita melihat data statistik, proporsi penduduk usia muda di Indonesia pada tahun 1971 adalah sebesar 44 persen dari total jumlah penduduk Indonesia, artinya hampir setengah dari jumlah penduduk Indonesia masih berusia muda. Pada tahun 2010 proporsi penduduk usia muda mulai berkurang, yaitu hanya sekitar 26,03 persen dari total penduduk Indonesia. 

Komposisi Umur Penduduk Indonesia Tahun 1971-2010 (persen)

 
Pada dasawarsa terakhir, terlihat struktur penduduk Indonesia lebih condong ke struktur usia sedang. Hal ini terlihat dari semakin meningkatnya proporsi penduduk usia sedang setiap tahunnya. Proporsi penduduk usia sedang meningkat menjadi 68,64 persen dari total penduduk Indonesia pada tahun 2010, jika dibandingkan dengan tahun 1971 proporsi penduduk usia sedang ini meningkat sebesar 15,14 persen. Hal ini menunjukkan semakin banyak jumlah penduduk yang memasuki usia kerja yang pada akhirnya jumlah penduduk yang memasuki angkatan kerja juga semakin meningkat dari tahun-tahun sebelumnya. Besarnya jumlah penduduk yang memasuki angkatan kerja akan berdampak serius terhadap pembangunan, jika pertambahan penduduk ini tidak dibarengi dengan peningkatan kesempatan kerja di segala sektor maka akan terjadi tingkat pengangguran yang tinggi. Proporsi penduduk usia sedang yang terus bertambah seperti ini akan memperbesar peluang terjadinya Bonus Demografi di Indonesia. Silahkan klik disini jika ingin membaca tentang bonus demografi.

Melihat keadaan yang seperti ini, bisa saya katakan tingkat penawaran tenaga kerja di Indonesia masih cukup tinggi dan akan semakin meningkat untuk beberapa tahun ke depan. Lalu bagaimana dengan tingkat permintaannya? 

Berbicara tentang tingkat permintaan tenaga kerja, berarti kita berbicara tentang berapa besar tingkat kesempatan kerja yang mampu diciptakan oleh sektor-sektor ekonomi yang ada. Jika kita melihat data statistik yang ada, sampai dengan tahun 2010 sektor pertanian adalah sektor yang mampu menyerap jumlah tenaga kerja paling banyak dibandingkan sektor lainnya. Sektor pertanian masih menjadi tumpuan hidup banyak penduduk Indonesia. Jika kita lihat selama kurun waktu tahun 2000-2010 misalnya, selama kurun waktu tersebut penduduk Indonesia yang bekerja di sektor pertanian mencapai angka rata-rata sekitar 42 persen. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini.

  Struktur Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 
                                   2000-2010 (persen)

Secara lebih spesifik, mari kita fokuskan untuk tahun 2010 saja. Pada tahun 2010, masih terlihat bahwa sektor pertanian adalah sektor yang terbesar dalam menyerap tenaga kerja yang ada dibandingkan sektor lainnya. Sebesar 38.35 persen dari jumlah tenaga kerja yang ada mampu diserap oleh sektor pertanian. Sektor berikutnya yang mampu menyerap cukup banyak tenaga kerja adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran, diikuti oleh sektor jasa-jasa.

Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Sektoral Tahun 2010
 
Dari penjelasan diatas, terlihat bahwa sampai dengan tahun 2010 sektor pertanian merupakan sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja di Indonesia. Namun, jika kita melihat struktur ekonomi Indonesia sampai dengan saat ini, peran sektor pertanian dalam pembentukan PDB Indonesia masih kalah dibandingkan dengan sektor industri pengolahan yang justru memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja jauh lebih kecil dibandingkan sektor pertanian pada dasawarsa terakhir ini. Sektor perdagangan, hotel dan restoran yang memiliki persentase penyerapan tenaga kerja cukup besar (melebihi sektor industri pengolahan) ternyata juga memiliki peran dalam pembentukan PDB yang masih dibawah sektor industri pengolahan. 

Kenyataan di atas menunjukan bahwa pada dasawarsa terakhir ini, sektor industri pengolahan sebagai sektor penyumbang terbesar dalam pembentukan PDB Indonesia masih belum mampu menyerap sebagian besar jumlah tenaga kerja yang tersedia. Apa akibatnya? Jika diibaratkan dalam sebuah keluarga yang beranggotakan cukup banyak orang dan memiliki 9 buah kue cake dengan berbagai macam ukuran mulai dari yang paling kecil ke paling besar. Maka sektor industri pengolahan adalah kue cake yang paling besar namun hanya bisa dinikmati oleh sedikit orang saja. Sedangkan sektor pertanian ibarat kue cake yang ukurannya sedang mendekati kecil namun orang-orang yang menikmati kue cake tersebut paling banyak dibandingkan kue cake lainnya. Saya yakin teman-teman sudah bisa menebak apa akibat yang terjadi di masyarakat dari keadaan ini.

Niat hati ingin menulis lebih banyak lagi tentang kaitan struktur penyerapan tenaga kerja dengan struktur ekonomi dan pertumbuhan ekonomi, namun sepertinya masih belum bisa. heee, seperti kemarin....bersambung lagi yaa..^__^ tunggu part 3 nya..

Semoga tulisan kecil ini bisa bermanfaat. Salam sukses
wassalamu'alaikum..


Bumi Gorontalo, 28 Januari 2013

         -Eka Nurdiyanto-



Sumber Referensi:
  1. Skripsi Eka Nurdiyanto, "Struktur Ekonomi dan Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 2011-2012".
  2. Web resmi Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/)
read more

Minggu, 27 Januari 2013

[32] Dari Gorontalo ke Shorcut Win32 Ramnit


Setelah selesai mengikuti prajab di Pusdiklat BPS bulan Desember lalu, selang beberapa hari kemudian kami (angkatan 49 STIS) akhirnya mendapatkan giliran untuk menjalankan tugas di daerah. Saya dan istri beserta 7 orang teman lainnya diberangkatkan ke Gorontalo, alhamdulillah sesuai dengan harapan kami. Jadi kami bisa berangkat dengan perasaan ikhlas tanpa ada rasa keterpaksaan .... .... 

Ceritanya, setelah tiba di tanah Gorontalo dan bisa menjalankan aktivitas dengan nyaman (baca: dapat kosan) kami ditugaskan untuk membantu pekerjaan di BPS Provinsi Gorontalo selama kurang lebih satu bulan sebelum disebar ke BPS kabupaten. Nah, pas lagi bantu-bantu ngentri dan ngolah data, ada satu hal yang tiba-tiba membuat hati saya merasa sangat tidak nyaman. Berasa kesel gitu karena ternyata ketahuan kalo laptop saya bermasalah. Virus, hemm lagi-lagi tentang virus. Yups, setelah selidik punya selidik ternyata laptop saya sudah dijadiin sarang virus lagi.

Sebelumnya saya tidak pernah menduga kalo ternyata laptop saya sudah virusan. Soalnya dari kinerja dan kecepatan masih okke-okke aja buat ngejalanin program. Cuma ketika saya mindahin data pake flashdisk ke laptop temen...naah, ketauan deh ada virus yang udah masuk ke laptop saya. Di laptop temen saya yang dipasangin 2 antivirus sekaligus (smadav dan avira) langsung muncul warning kalo flashdisk yang dicolokin itu ternyata terinfeksi virus. Dongkol lah hati saya melihat kenyataan itu. Soalnya saya punya banyak pengalaman pahit dengan yang namanya virus.

Jadi keinget dulu waktu masih kuliah pernah sampe 4 kali install ulang windows dalam sehari karena masalah virus. Hadeeeh...untuk kali ini saya ga mau kejadian kaya dulu terulang lagi. Dulu masih mending karena masih serumah sama anak-anak komputasi yang notabene punya banyak jurus sakti buat nanganin virus. Saya cuma tinggal nanya atau minta tolong dibenerin bisa clear masalah laptop virusannya. Nah, sekarang kan udah ga kaya dulu, lagian ga punya dvd eksternal juga kalo ujung-ujungnya kudu install ulang. Dulu enak tinggal ketok kamar sebelah, bilang pinjem dvd eksternal buat install ulang langsung dikasih. Kalo sekarang cuma tinggal saya dan laptop tua saya yang dvd roomnya udah ompong, buat baca dvd aja udah ga sanggup.

Setelah bisa menerima kenyataan ini, saya coba tanya-tanya ke mbah google tentang virus tak diundang yang udah mampir ke laptop saya ini. Baca-baca beberapa artikel ternyata ketahuan kalo nama virus yang nyerang laptop saya namanya virus Shortcut Win32 Ramnit. Virus ini menyebar lewat flashdisk, biasanya ditandai dengan munculnya folder bernama Recycle dan file bernama "Copy of Shortcut to (1).lnk" s.d. "Copy of Shortcut to (4).lnk" di flasdisk kalo file dan folder itu dihapus akan muncul lagi sampe berapa kalipun dihapus akan muncul lagi. Kalo nyerangnya ke mana dan gimana dampaknya ke laptop silahkan dicari sendiri ya, yang jelas kalo udah berhubungan dengan virus komputer yang saya tahu pasti dampaknya buruk buat laptop.

Nah, setelah mempelajari artikel-artikel tentang cara menghapus virus ini, saya memilih yang paling mudah untuk dilakukan dan alhumdulillah berhasil setelah dipraktekan, virusnya ga muncul lagi. Berdasarkan pengalaman yang sudah saya alami, berikut ulasan cara menghapus virus Ramnit ini (maaf kalo curhatnya lebih banyak) ^____^v :

  1. Mulailah dengan Bismillah dan do'a agar lancar dan sukses.
  2. Download antivirus Nod32 Standalone terlebih dahulu. Jika belum punya silahkan download di menu Download pada blog ini pilih 'Software'--'Nod32 Stand Alone 2'. Tinggal klik insya Allah langsung bisa di download.
  3. Buka Taskmanager, hentikan proses svchost yang sedang berjalan. Virus ramnit biasanya menginfeksi svchost.exe.
  4. Masuk ke C:\Program Files\Microsoft. Hapus file watermark.exe yang ada didalamnya. 
  5. Bersihkan Ricycle Bin, kemudian matikan sistem restore di laptop temen-temen. Caranya klik kanan di my computer, pilih 'properties'--'System protection'--'Configure'--'Turn off system protection'--pilih Max usage ke tingkat paling rendah, klik ok.
  6. Buka registry dengan cara tekan tombol windows+R, ketikan regedit.
  7. Temukan watermark.exe dengan cara tekan Ctrl+F, ketikan watermark.exe di textbox. Biasanya ada di userinit. Klik dua kali pada userinit, kemudian hapus tulisan watermark nya.
  8. Restart laptop, masuk ke Safe Mode. Jalankan antivirus Nod32 Standalone yang sudah didownload. Jangan lupa atur menu 'Actions' dengan memilih 'Clean' dan 'Delete'. Terakhir scan laptop teman-teman dengan klik tombol 'Scand & Clean'. Prosesnya memakan waktu yang lumayan lama, jika sudah selesai scan, restart laptop temen-temen. Insya Allah laptop temen-temen sudah bebas dari virus Ramnit ini.


Setelah selesai menghilangkan virus ini, lanjutkan perjuangan temen-temen dengan membuat benteng perlindungan di laptop temen-temen. Kalo saya install dua antivirus sekaligus, smadav dan Eset Nod32 versi 6.0.308.0. Insya Allah dua antivirus ini sama-sama ringan untuk dipakai. Kalo temen-temen mau install antivirus Eset Nod32 versi 6.0.308.0 bisa di download di menu Download pada blog ini pilih 'Software'--'Eset Nod32 6.0.308.0'. Tinggal klik insya Allah langsung bisa di download. Baca dulu cara install nya di dalam folder ESETPureFixv.2.03. 

Ini screenshot antivirus Nod32 yang telah terinstall :


Jika sudah sukses terinstall di laptop, saya sarankan scan ulang laptop temen-temen. Kalo bisa fullscan biar file-file yang terinfeksi di luar disk system juga bisa bersih. Sekian dulu sharing dari saya, semoga bisa bermanfaat.


Bumi Gorontalo, 27 Januari 2013
                                                                                                                  Eka Nurdiyanto


Sumber: 
Diolah dari berbagai artikel di google.com dan hasil pengalaman pribadi.



read more