Kamis, 22 Maret 2012

[15] Hidup


Melengkapi seri artikel-artikel tentang Tazkiyatun Nafs, kali ini saya ingin memposting ulang tentang salah satu poin penting yang harus kita pahami dalam menjalani hidup kita yang fana ini. Entah kenapa sekalipun saya sudah sering membaca tentang hal ini tetapi masih saja sangat sering melalaikannya. Semoga dengan menuliskan dan membagi dengan orang lain, Allah SWT memberikan kemudahan dalam mengamalkannya. Ibarat membangun sebuah rumah, maka hal yang harus direncanakan secara matang dan dibangun paling awal adalah pondasi rumah. Pondasi ini memegang peranan yang sangat penting. Kokoh dan tidaknya bangunan rumah yang kita bangun berawal dari pondasi yang kita bangun. Dengan pondasi yang kuat, rumah kita akan terjamin mampu bertahan lama, tahan terhadap gempa dan tidak masalah ketika kita hendak menambah bangunan lagi di atas rumah kita.

Demikian pula dengan hidup kita, jika hidup kita layaknya sebuah rumah yang akan kita bangun tadi, maka kita memerlukan suatu pondasi/dasar yang kuat agar hidup yang kita jalani ini tidak menjadi suatu kesia-siaan belaka. Namun menjadi hidup yang indah dan penuh berkah, sebagai ladang mencari bekal untuk mencapai jannah. Kemudian dasar atau pondasi seperti apa yang seharusnya kita bangun? Dasar atau pondasi yang harus kita bangun ini sebenarnya berkaitan dengan pemahaman dan kesadaran tentang siapa sebenarnya diri kita dan hakikat keberadaan kita di dunia ini. Dengan memegang erat makna dari dua hal itu maka hidup yang kita jalani menjadi lebih bermakna, memiliki tujuan yang jelas dan selalu diiringi dengan langkah nyata mencapai tujuan itu.

Okke langsung saja, berikut saya tuliskan ulang postingan saya yang sudah saya pos kan di tumblr tentang bagaimana seharusnya menjalani hidup. Selamat membaca, semoga tulisan ini semakin menambah kuat pondasi hidup teman-teman semua.

Hey,siapa sebenarnya kamu ini? Untuk apa sebenarnya kamu dilahirkan ke dunia ini? Cepet jawab!

Haa, mungkin lebih tepatnya bukan “kamu” tapi “aku”. Yaah, aku yakin kamu pasti sudah sangat tau tentang jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu, tapi simpanlah dulu jawabanmu itu ya. Aku ingin juga menjawab pertanyaan itu sesuai versiku. Semoga jawabanku tidak salah dan sama dengan jawabanmu. Menurutku walaupun 2 pertanyaan ini bisa dibilang pertanyaan yang sangat sederhana, tapi jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah “cikal-bakal” yang menjadikan kita bergairah dalam menjalani hidup ini.
Beberapa hari yang lalu aku baru tersadar kembali ketika aku sedang membaca sebuah buku dan ada dua pertanyaan seperti itu tertulis didalamnya. Dulu aku juga pernah ditanya dengan pertanyaan yang sama oleh guru ngajiku ketika aku masih sangat imut-imut kala masih berseragam biru-putih, hahaa. dengan polosnya aku jawab “aku ya eka nurdiyanto…untuk jadi guru, mas”, begitu entengnya dulu aku jawab pertanyaan-pertanyaan itu,hehee.
Seiring berjalannya waktu, lama-lama mikir juga akhirnya. Sebenernya aku ini siapa si? Apa sebenernya tujuan hidupku ini? Setelah dipikir lagi ternyata cukup lama juga aku hidup dalam ke-geje-an. Jalanin hidup hanya ala kadarnya saja, kalo kata orang mungkin gini “jalanin hidup ya udah ngalir aja, ikutin arus aja”. Hemm, ini pasti gara-gara dua pertanyaan itu ku jawab dengan ala kadarnya juga. Iya kalo arusnya menuju ke tempat yang bersih, kalo ujung-ujungnya menuju ke septictank apa nda repot jadinya. Malah jadi hidup dengan kehinaan.
Okke, langsung aja..intinya, jawaban dari pertanyaan itu sebenarnya sangat penting buat kita. Jawaban itulah yang seharusnya selalu kita ingat, kalo perlu kita ukir di otak kita biar tidak mudah terhapus. Kemudian kita peras keringat dan banting tulang kita, berusaha agar jawaban pertanyaan itu dapat terwujudkan dalam hidup kita. Tapi jawaban yang benar tentunya, bukan hanya kaya jawabanku pas masih imut-imut itu, hee. Nah, jawaban yang benar itu yang kaya apa si? mari kita merujuk ke pedoman hidup kita di dunia ini sebagai seorang muslim yaitu Al Qur’an.
“Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakanmu (al ‘Alaq:1)

“Allah menciptakan manusia dari air mani…” (an-Nahl:4)

Okke,sudah jelas kan? Dari dua ayat di atas dapat ditarik kesimpulan kalo aku ini-kita ini-manusia adalah wujud yang diciptakan. Siapa yang menciptakan? Dialah Allah, Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Sehingga jelaslah sudah kalo kita ini hanyalah mahlûq hasil dari yang mencipta (khâliq). Artinya sebenarnya kita berada satu level dengan hewan, tumbuhan, air dan entitas lainnya di alam ini, yaitu level makhuk. Memang Allah telah memberikan kepada kita posisi teratas dari semua yang diciptakan yaitu sebagai ciptaan terbaik (at-Tîn : 4) sekaligus ditunjuk Allah sebagai wakil dengan tugas kepemimpinan diantara makhluk lain (al-An’am : 165).
Namun demikian, ini tidak boleh menjadikan alasan bagi kita untuk bersikap angkuh, berbangga diri dan sombong dalam hidup kita. Sebab semua yang kita miliki tak lebih dari sekedar pemberian dan pinjaman Allah yang semuanya bisa diambil kembali kapan saja dan semuanya akan dimintai pertanggungjawaban. Jadi, jawaban dari pertanyaan “siapa sebenarnya aku ini?” adalah “makhluk yang diciptakan oleh Allah Swt”, catat ya..hanya makhluk-hamba Allah.
Okke lanjut ke pertanyaan kedua, mari merujuk ke Al Qur’an kembali ya, karena itulah pedoman hidup kita di dunia.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” (adz-Dzariyat:56)

Dari ayat di atas jelaslah sudah apa yang sebenarnya menjadi tugas sekaligus tujuan hidup kita di dunia, yaitu untuk menyembah-mengabdikan diri kita kepada Allah Swt. Dengan kata lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. So, jawaban dari pertanyaan kedua terjawablah sudah.
Kalo aku gabungkan mungkin jadinya gini “aku adalah hamba Allah yang hidup untuk beribadah kepada-Nya”. Inilah yang seharusnya menjadi catatan penting yang harus terus terukir diotak dan hatiku-otak dan hati kita. Jadi hidup tidak hanya ala kadarnya sekedar ngikutin arus kehidupan tapi ada kemauan dan usaha untuk mencapai tujuan tadi. “emang apa untungnya hidup hanya untuk beribadah?” banyaaak untungnya, mau tau?? mari kita cari jawabannya dengan beribadah di dunia sebaik-baiknya^^. Jangan lupa dalam beribadah kita harus ngikutin apa yang dicontohkan oleh Rosulullah SAW sehingga ibadah yang kita lakukan tiada sia-sia.

Lalu, bagaimana caranya agar semua perbuatan yang kita lakukan bernilai ibadah di hadapan Allah SWT? Mari kita cari tahu bersama...semoga pada kesempatan-kesempatan yang akan datang saya bisa menuliskan lagi tentang jawaban pertanyaan di atas.
Semoga bermanfaat.
Mari hidup sebagai hamba Allah yang senantiasa berusaha maksimal beribadah kepada-Nya...^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar