Rabu, 27 Februari 2013

[35] Rezekiku Punyaku, Rezekimu ya Untukmu


Hidup adalah sebuah perjalanan, dia dimulai dari awal pemberangkatan dan akan berujung pada suatu titik pemberhentian. Diawali dari keluarnya kita dari rahim bunda dan diakhiri dengan dikuburnya kita di liang lahat sana. Ruang diantara awal dan akhir ini akan terisi oleh sebuah siklus yang senantiasa berjalan. Siklus yang memiliki masa berbeda untuk tiap orang. Selama pinjaman waktu yang diberikan oleh-Nya masih ada, maka siklus ini pun akan tetap berjalan. Sebuah misteri memang, jika kita bertanya seberapa lama perjalanan ini akan berakhir. Karena semua itu adalah rahasia-Nya, kita tak akan pernah tahu kapan perjalanan kita akan berakhir dan memang tidak seharusnya tahu. Yang kita harus tahu adalah sudah sejauh mana kita menyiapkan diri untuk sampai di titik pemberhentian yang telah Allah Swt. tetapkan.

Allah Swt. itu Maha Adil, tidak ada manusia yang dilahirkan di dunia ini tanpa dilengkapi rezeki oleh-Nya. Allah Swt. tidak serta merta membiarkan kita menempuh perjalanan panjang ini tanpa dibekali perbekalan yang mencukupi. Melainkan Allah Swt. sudah menetapkan berbagai perbekalan untuk kita jauh-jauh sebelum kita dilahirkan. Allah Swt. tetapkan atas kita rezeki yang nantinya akan sangat kita butuhkan sepanjang perjalanan hidup. Dia juga menetapkan jodoh untuk kita sebagai teman di sepanjang perjalanan hidup, karena Dia tahu kita tak akan mampu hidup sendiri. Bahkan Allah perbolehkan untuk kita (laki-laki) menikahi sampai 4 orang wanita jika memang kita mampu bersikap adil untuk mereka. Maha Besar Allah.

Jika ternyata disepanjang perjalanan, Allah Swt. tidak mempertemukan kita dengan jodoh kita, maka inilah yang terbaik menurut-Nya. Bisa jadi Allah Swt. telah menyiapkan untuk kita yang lebih baik di surga-Nya nanti, karena Allah Swt. itu Maha Adil. Sepanjang apa perjalanan yang harus kita tempuh juga sudah ditentukan oleh Allah Swt. sehingga kita tidak perlu bingung memikirkan kapan mau berhenti dari perjalanan ini. Karena Allah juga telah menentukan sejauh mana usia kita akan berujung. Semua itu sudah Allah tentukan dan menjadi takdir untuk kita.

Berbicara tentang rezeki, maka akan banyak sekali sikap orang dalam menanggapinya. Tak bisa dipungkiri memang, rezeki merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Ada salah satu fenomena yang saat ini tidak jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, banyak diantara kita yang walaupun rezekinya pas-pasan namun hidupnya bisa bahagia dan tenang. Namun banyak pula diantara kita yang rezekinya berlimpah justru hidupnya malah penuh dengan kegelisahan. Permasalahan ini sebenarnya timbul karena adanya pemahaman yang berbeda tentang hakikat rezeki.

Allah Swt. telah memberikan kita pedoman terkait rezeki yang terdapat dalam beberapa ayat Al Qur'an, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut,
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan". (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 22-23)

Rezeki adalah suatu kepastian yang telah Allah tetapkan untuk setiap makhluk-Nya. Allah Swt. telah menjamin rezeki untuk setiap makhluk-Nya. Sehingga menjadi keharusan bagi kita untuk senantiasa meyakini bahwa mustahil akan ada makhluk yang dapat hidup tanpa rezeki yang telah Allah Swt. tetapkan untuknya.

"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus) rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Ankabut [29]: 60)

Ada salah satu rumus penting yang pernah saya dapatkan, "Perbaikilah hubunganmu dengan Allah, maka Allah akan perbaiki hubunganmu dengan pekerjaanmu-dengan duniamu". Intisari dari rumus ini jika dikaitkan dengan rejeki mungkin akan tergambar jelas di dalam Surat Ath Thalaq ayat 2-3. 

“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.

Jika diambil sebuah benang merah, maka sebenarnya turunnya rezeki itu akan dimudahkan oleh Allah Swt. dengan senantiasa memperbaiki hubungan kita dengan Allah, melakukan amal sholeh dan ketaqwaan kepada Nya. Lalu apakah ketika kita tidak melakukan amal sholeh dan ketaqwaan Allah tidak akan menurunkan rezekinya untuk kita? Jawabannya adalah Ya. Karena rezeki tidak akan datang jika kita melakukan maksiat dan pelanggaran. Namun sekarang banyak orang yang melakukan maksiat tapi mereka kaya raya dengan rezeki yang melimpah? Jawabannya adalah sebenarnya itu istidraj. Semua tindakan maksiat yang Allah balas dengan nikmat, kemudian Allah buat dia lupa untuk beristighfar sehingga dia semakin dekat dengan azab sedikit demi sedikit, selanjutnya Allah berikan semua hukumannya pada saatnya kelak. Atau dengan kata lain itu adalah suatu bentuk penguluran dari Allah Swt. tetapi kemudian akan dijatuhkan secara sangat menyakitkan dan mungkin tiba-tiba dan tidak dapat menghindar.

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa". (Q.S. Al An'am [6]: 44)

Sehingga menjadi kewajiban bagi kita untuk senantiasa meyakini bahwa rezeki adalah kehendak dari Allah Swt. Dia-lah yang telah menentukan kadar rezeki untuk masing-masing makhlukNya. Semakin dekat kita kepada Allah maka insya Allah akan semakin dimudahkan rezeki kita oleh Nya.

Teruslah bersabar-beramal-bersyukur-bersedekah

Wallahu A'lam.


Bumi Gorontalo, 27 Februari 2013

     -Eka Nurdiyanto-


Ditulis dari berbagai sumber referensi .
read more

Jumat, 22 Februari 2013

[34] Dibalik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang ‘Keren’


Sampai saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki nilai yang cukup baik diantara negara-negara lain di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka di atas 6 persen pada beberapa tahun terakhir ini merupakan suatu prestasi ekonomi yang cukup baik yang mampu diraih Indonesia. Pasalnya pada beberapa tahun terakhir ini keadaan perekonomian dunia sebenarnya berada dalam kondisi yang kurang baik. Adanya krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat dan Eropa setidaknya membuat beberapa negara juga menerima dampaknya. Namun, tercatat sampai dengan saat ini Indonesia justru terus menunjukan performa perekonomian yang cukup baik, hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan ekonomi yang mampu tumbuh di atas 6 persen.

Dibalik pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ‘keren’ ini, sebenarnya masih ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian kita. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai nilai di atas 6 persen pada beberapa tahun terakhir ini masih didorong oleh sektor non-tradable, yaitu sektor ekonomi yang tidak menghasilkan barang untuk diperjualbelikan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan sektor non-tradable pada beberapa tahun terakhir yang mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan (Produk Domestik Bruto) rata-rata. Sedangkan pertumbuhan sektor tradable (sektor pertanian, pertambangan dan industri) sendiri nilainya selalu dibawah pertumbuhan PDB. Jika kita lihat data yang ada, untuk tahun 2001 sampai 2011 misalnya, terlihat bahwa pertumbuhan sektor tradable nilainya selalu lebih rendah dari pertumbuhan PDB. 

       Tabel Perbandingan Pertumbuhan Sektor 
 Tradable dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Padahal jika kita lihat dari struktur penyerapan tenaga kerja Indonesia sampai saat ini, sektor tradable adalah sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2010 misalnya, sektor tradable mampu menyerap sampai 52,28% dari jumlah tenaga kerja yang ada. 


Idealnya, sektor tradable di Indonesia seharusnya memiliki pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam. Sehingga menjadi kurang wajar sebenarnya jika ternyata sektor yang selalu mengalami peningkatan pertumbuhan melebihi pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun terakhir ini adalah sektor non-tradable.

Melihat kenyataan ini, sudah banyak pihak yang kemudian menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sebenarnya berdiri di atas pondasi yang rapuh. Saya sendiri sedikit banyak sepakat dengan pendapat ini. Sekarang mari kita berpikir untuk jangka panjang. Sektor tradable sebagai sektor yang paling dominan dalam menghasilkan devisa bagi negara, saat ini berada dalam kondisi yang kurang bisa berkembang secara optimal (terlihat dari nilai pertumbuhannya yang masih rendah).  Sedangkan sektor tradable sendiri adalah sektor penghasil barang yang memiliki kekuatan besar untuk diperjualbelikan maupun untuk memenuhi kebutuhan sendiri.



Negara yang mampu menghasilkan berbagai barang atau produk sendiri menurut saya akan memiliki kekuatan perekonomian yang lebih kuat, yang jika suatu saat terjadi goncangan terhadap perekonomiannya akan lebih mampu bertahan. Secara sederhananya, mungkin saya ambil contoh seperti ini. Sebuah pabrik  mobil yang mampu memproduksi mobil secara optimal akan memberikan multiplayer efek yang baik juga untuk sektor yang lain. Dimulai dari komponen-komponen penyusun mobil itu sendiri, misalnya saja ban. Semakin banyak permintaan mobil dari konsumen maka permintaan ban secara otomatis akan ikut meningkat. Sebagai efeknya, permintaan terhadap karet sebagai bahan baku pembuatan ban akan ikut mengalami peningkatan. Dengan semakin meningkatnya permintaan karet dari pabrik ban ini, maka petani karet akan meningkatkan produksi karetnya, secara otomatis petani karet akan membutuhkan lebih banyak pupuk maupun barang lainnya untuk meningkatkan produksi karetnya. 

Bisa dibayangkan akan banyak sektor yang mampu ikut bergerak, padahal untuk membuat mobil membutuhkan sangat banyak komponen penyusun selain ban. Apalagi jika semua bahan baku yang dipakai adalah bahan baku yang berasal dari dalam negeri sendiri, saya pikir perekonomian Indonesia akan lebih mampu bergerak lagi. Melihat kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia serta sumber daya manusia yang mencukupi, saya pikir bukan tidak mungkin jika Indonesia akan mampu untuk mencapai perekonomian yang tidak hanya tinggi namun juga kokoh dari dasarnya.

Ketika saya memperhatikan alat jahit yang dipakai istri saya, saya sempat terheran-heran ketika melihat jarum jahit dan benik ceplis yang ada di kotak peralatan jahitnya. Tertulis di sana ternyata jarum itu buatan China sedangkan benik nya buatan Jerman. Kreatif juga ya mereka, mampu menemukan ide untuk memproduksi barang-barang yang saya anggap sepele namun ternyata menjadi suatu kebutuhan yang dicari oleh orang-orang hingga akhirnya mampu diekspor ke negara lain. Walaupun barangnya kecil namun jika permintaannya banyak kan pada ujungnya juga lumayan dalam menghasilkan devisa bagi negara.

Semoga ke depan Indonesia mampu menjadi negara berbasis produksi yang mampu terus meningkatkan ekspor. Langkah kecil yang bisa kita lakukan saat ini adalah terus cintai dan gunakan produk dalam negeri, produk buatan bangsa sendiri. ^.^



Bumi Gorontalo, 22 Februari 2013

        -Eka Nurdiyanto-




Sumber Referensi: 
  1. Skripsi Eka Nurdiyanto, "Struktur Ekonomi dan Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 2011-2012".
  2. Web resmi Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/)
  3. Kompas.com (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/26/15274114/Pertumbuhan.Ekonomi.Nasional.Didorong.Oleh.Sektor.Non-Tradable.)
read more