Jumat, 22 Februari 2013

[34] Dibalik Pertumbuhan Ekonomi Indonesia yang ‘Keren’


Sampai saat ini pertumbuhan ekonomi Indonesia memiliki nilai yang cukup baik diantara negara-negara lain di dunia. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka di atas 6 persen pada beberapa tahun terakhir ini merupakan suatu prestasi ekonomi yang cukup baik yang mampu diraih Indonesia. Pasalnya pada beberapa tahun terakhir ini keadaan perekonomian dunia sebenarnya berada dalam kondisi yang kurang baik. Adanya krisis ekonomi yang melanda Amerika Serikat dan Eropa setidaknya membuat beberapa negara juga menerima dampaknya. Namun, tercatat sampai dengan saat ini Indonesia justru terus menunjukan performa perekonomian yang cukup baik, hal ini terlihat dari nilai pertumbuhan ekonomi yang mampu tumbuh di atas 6 persen.

Dibalik pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang ‘keren’ ini, sebenarnya masih ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian kita. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai nilai di atas 6 persen pada beberapa tahun terakhir ini masih didorong oleh sektor non-tradable, yaitu sektor ekonomi yang tidak menghasilkan barang untuk diperjualbelikan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan sektor non-tradable pada beberapa tahun terakhir yang mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan (Produk Domestik Bruto) rata-rata. Sedangkan pertumbuhan sektor tradable (sektor pertanian, pertambangan dan industri) sendiri nilainya selalu dibawah pertumbuhan PDB. Jika kita lihat data yang ada, untuk tahun 2001 sampai 2011 misalnya, terlihat bahwa pertumbuhan sektor tradable nilainya selalu lebih rendah dari pertumbuhan PDB. 

       Tabel Perbandingan Pertumbuhan Sektor 
 Tradable dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Padahal jika kita lihat dari struktur penyerapan tenaga kerja Indonesia sampai saat ini, sektor tradable adalah sektor yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Pada tahun 2010 misalnya, sektor tradable mampu menyerap sampai 52,28% dari jumlah tenaga kerja yang ada. 


Idealnya, sektor tradable di Indonesia seharusnya memiliki pertumbuhan di atas pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat Indonesia sebagai negara yang kaya akan sumber daya alam. Sehingga menjadi kurang wajar sebenarnya jika ternyata sektor yang selalu mengalami peningkatan pertumbuhan melebihi pertumbuhan ekonomi selama beberapa tahun terakhir ini adalah sektor non-tradable.

Melihat kenyataan ini, sudah banyak pihak yang kemudian menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini sebenarnya berdiri di atas pondasi yang rapuh. Saya sendiri sedikit banyak sepakat dengan pendapat ini. Sekarang mari kita berpikir untuk jangka panjang. Sektor tradable sebagai sektor yang paling dominan dalam menghasilkan devisa bagi negara, saat ini berada dalam kondisi yang kurang bisa berkembang secara optimal (terlihat dari nilai pertumbuhannya yang masih rendah).  Sedangkan sektor tradable sendiri adalah sektor penghasil barang yang memiliki kekuatan besar untuk diperjualbelikan maupun untuk memenuhi kebutuhan sendiri.



Negara yang mampu menghasilkan berbagai barang atau produk sendiri menurut saya akan memiliki kekuatan perekonomian yang lebih kuat, yang jika suatu saat terjadi goncangan terhadap perekonomiannya akan lebih mampu bertahan. Secara sederhananya, mungkin saya ambil contoh seperti ini. Sebuah pabrik  mobil yang mampu memproduksi mobil secara optimal akan memberikan multiplayer efek yang baik juga untuk sektor yang lain. Dimulai dari komponen-komponen penyusun mobil itu sendiri, misalnya saja ban. Semakin banyak permintaan mobil dari konsumen maka permintaan ban secara otomatis akan ikut meningkat. Sebagai efeknya, permintaan terhadap karet sebagai bahan baku pembuatan ban akan ikut mengalami peningkatan. Dengan semakin meningkatnya permintaan karet dari pabrik ban ini, maka petani karet akan meningkatkan produksi karetnya, secara otomatis petani karet akan membutuhkan lebih banyak pupuk maupun barang lainnya untuk meningkatkan produksi karetnya. 

Bisa dibayangkan akan banyak sektor yang mampu ikut bergerak, padahal untuk membuat mobil membutuhkan sangat banyak komponen penyusun selain ban. Apalagi jika semua bahan baku yang dipakai adalah bahan baku yang berasal dari dalam negeri sendiri, saya pikir perekonomian Indonesia akan lebih mampu bergerak lagi. Melihat kekayaan sumber daya alam yang melimpah di Indonesia serta sumber daya manusia yang mencukupi, saya pikir bukan tidak mungkin jika Indonesia akan mampu untuk mencapai perekonomian yang tidak hanya tinggi namun juga kokoh dari dasarnya.

Ketika saya memperhatikan alat jahit yang dipakai istri saya, saya sempat terheran-heran ketika melihat jarum jahit dan benik ceplis yang ada di kotak peralatan jahitnya. Tertulis di sana ternyata jarum itu buatan China sedangkan benik nya buatan Jerman. Kreatif juga ya mereka, mampu menemukan ide untuk memproduksi barang-barang yang saya anggap sepele namun ternyata menjadi suatu kebutuhan yang dicari oleh orang-orang hingga akhirnya mampu diekspor ke negara lain. Walaupun barangnya kecil namun jika permintaannya banyak kan pada ujungnya juga lumayan dalam menghasilkan devisa bagi negara.

Semoga ke depan Indonesia mampu menjadi negara berbasis produksi yang mampu terus meningkatkan ekspor. Langkah kecil yang bisa kita lakukan saat ini adalah terus cintai dan gunakan produk dalam negeri, produk buatan bangsa sendiri. ^.^



Bumi Gorontalo, 22 Februari 2013

        -Eka Nurdiyanto-




Sumber Referensi: 
  1. Skripsi Eka Nurdiyanto, "Struktur Ekonomi dan Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 2011-2012".
  2. Web resmi Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/)
  3. Kompas.com (http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/26/15274114/Pertumbuhan.Ekonomi.Nasional.Didorong.Oleh.Sektor.Non-Tradable.)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar