Sampai saat ini pertumbuhan
ekonomi Indonesia memiliki nilai yang cukup baik diantara negara-negara lain di
dunia. Pertumbuhan ekonomi yang mencapai angka di atas 6 persen pada beberapa tahun
terakhir ini merupakan suatu prestasi ekonomi yang cukup baik yang mampu diraih
Indonesia. Pasalnya pada beberapa tahun terakhir ini keadaan perekonomian dunia
sebenarnya berada dalam kondisi yang kurang baik. Adanya krisis ekonomi yang
melanda Amerika Serikat dan Eropa setidaknya membuat beberapa negara juga
menerima dampaknya. Namun, tercatat sampai dengan saat ini Indonesia justru
terus menunjukan performa perekonomian yang cukup baik, hal ini terlihat dari
nilai pertumbuhan ekonomi yang mampu tumbuh di atas 6 persen.
Dibalik pencapaian pertumbuhan ekonomi Indonesia yang
‘keren’ ini, sebenarnya masih ada beberapa hal yang patut menjadi perhatian
kita. Salah satunya adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mencapai nilai di atas 6 persen pada beberapa tahun terakhir ini masih
didorong oleh sektor non-tradable, yaitu
sektor ekonomi yang tidak menghasilkan barang untuk diperjualbelikan. Hal ini terlihat dari laju pertumbuhan
sektor non-tradable pada beberapa
tahun terakhir yang mengalami pertumbuhan di atas pertumbuhan (Produk Domestik
Bruto) rata-rata. Sedangkan pertumbuhan sektor tradable (sektor pertanian, pertambangan dan industri) sendiri
nilainya selalu dibawah pertumbuhan PDB. Jika kita lihat data yang ada, untuk
tahun 2001 sampai 2011 misalnya, terlihat bahwa pertumbuhan sektor tradable
nilainya selalu lebih rendah dari pertumbuhan PDB.
Tabel Perbandingan Pertumbuhan Sektor
Tradable dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Padahal
jika kita lihat dari struktur penyerapan tenaga kerja Indonesia sampai saat
ini, sektor tradable adalah sektor yang mampu menyerap
banyak tenaga kerja. Pada tahun 2010 misalnya, sektor tradable mampu
menyerap sampai 52,28% dari jumlah tenaga kerja yang ada.
Idealnya, sektor tradable di Indonesia seharusnya
memiliki pertumbuhan di atas
pertumbuhan ekonomi. Hal ini mengingat Indonesia sebagai negara yang kaya akan
sumber daya alam. Sehingga menjadi kurang wajar sebenarnya jika ternyata sektor
yang selalu mengalami peningkatan pertumbuhan melebihi pertumbuhan ekonomi
selama beberapa tahun terakhir ini adalah sektor non-tradable.
Melihat
kenyataan ini, sudah banyak pihak yang kemudian menyatakan bahwa pertumbuhan
ekonomi Indonesia saat ini sebenarnya berdiri di atas pondasi yang rapuh. Saya
sendiri sedikit banyak sepakat dengan pendapat ini. Sekarang mari kita berpikir
untuk jangka panjang. Sektor tradable sebagai sektor yang paling dominan
dalam menghasilkan devisa bagi negara, saat ini berada dalam kondisi yang
kurang bisa berkembang secara optimal (terlihat dari nilai pertumbuhannya yang masih rendah). Sedangkan sektor tradable
sendiri adalah sektor penghasil barang yang memiliki kekuatan besar
untuk diperjualbelikan maupun untuk memenuhi kebutuhan sendiri.
Negara
yang mampu menghasilkan berbagai barang atau produk sendiri menurut
saya akan memiliki kekuatan perekonomian yang lebih kuat, yang jika
suatu saat terjadi goncangan terhadap perekonomiannya akan lebih mampu
bertahan. Secara sederhananya, mungkin saya ambil contoh seperti ini.
Sebuah pabrik mobil yang mampu memproduksi mobil secara optimal akan
memberikan multiplayer efek yang baik juga untuk sektor yang lain.
Dimulai dari komponen-komponen penyusun mobil itu sendiri, misalnya saja
ban. Semakin banyak permintaan mobil dari konsumen maka permintaan ban
secara otomatis akan ikut meningkat. Sebagai efeknya, permintaan
terhadap karet sebagai bahan baku pembuatan ban akan ikut mengalami
peningkatan. Dengan semakin meningkatnya permintaan karet dari pabrik
ban ini, maka petani karet akan meningkatkan produksi karetnya, secara
otomatis petani karet akan membutuhkan lebih banyak pupuk maupun barang
lainnya untuk meningkatkan produksi karetnya.
Bisa
dibayangkan akan banyak sektor yang mampu ikut bergerak, padahal untuk
membuat mobil membutuhkan sangat banyak komponen penyusun selain ban.
Apalagi jika semua bahan baku yang dipakai adalah bahan baku yang
berasal dari dalam negeri sendiri, saya pikir perekonomian Indonesia
akan lebih mampu bergerak lagi. Melihat kekayaan sumber daya alam yang
melimpah di Indonesia serta sumber daya manusia yang mencukupi, saya
pikir bukan tidak mungkin jika Indonesia akan mampu untuk mencapai
perekonomian yang tidak hanya tinggi namun juga kokoh dari dasarnya.
Ketika saya memperhatikan alat jahit yang dipakai istri saya, saya sempat terheran-heran ketika melihat jarum jahit dan benik ceplis yang ada di kotak peralatan jahitnya. Tertulis di sana ternyata jarum itu buatan China sedangkan benik
nya buatan Jerman. Kreatif juga ya mereka, mampu menemukan ide untuk
memproduksi barang-barang yang saya anggap sepele namun ternyata menjadi
suatu kebutuhan yang dicari oleh orang-orang hingga akhirnya mampu
diekspor ke negara lain. Walaupun barangnya kecil namun jika
permintaannya banyak kan pada ujungnya juga lumayan dalam menghasilkan
devisa bagi negara.
Semoga
ke depan Indonesia mampu menjadi negara berbasis produksi yang mampu
terus meningkatkan ekspor. Langkah kecil yang bisa kita lakukan saat ini
adalah terus cintai dan gunakan produk dalam negeri, produk buatan
bangsa sendiri. ^.^
Bumi Gorontalo, 22 Februari 2013
-Eka Nurdiyanto-
Sumber Referensi:
- Skripsi Eka Nurdiyanto, "Struktur Ekonomi dan Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 2011-2012".
- Web resmi Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/)
- Kompas.com
(http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/11/26/15274114/Pertumbuhan.Ekonomi.Nasional.Didorong.Oleh.Sektor.Non-Tradable.)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar