- Skripsi Eka Nurdiyanto, "Struktur Ekonomi dan Proyeksi Penyerapan Tenaga Kerja Sektoral di Indonesia Tahun 2011-2012".
- Web resmi Badan Pusat Statistik (http://www.bps.go.id/).
Jumat, 19 April 2013
[37] Pertumbuhan Ekonomi vs Pengangguran di Indonesia (SKI Part 3)
Pada tulisan seri ketiga tentang
Struktur Ketenagakerjaan Indonesia ini, kita akan membahas bersama mengenai kaitan
pertumbuhan ekonomi dan angkatan kerja di Indonesia. Jika kita berbicara
tentang pertumbuhan ekonomi dan angkatan kerja, maka kita akan menemukan cukup
banyak teori tentang dua hal ini. Salah satunya Todaro (2000) mengatakan bahwa
pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap
sebagai salah satu faktor positif yang memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah
tenaga kerja yang lebih besar berarti akan menambah tingkat produksi, sedangkan
pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti ukuran pasar domestiknya lebih
besar. Meski demikian hal tersebut masih dipertanyakan apakah benar laju
pertumbuhan penduduk yang cepat benar-benar akan memberikan dampak positif atau
negatif dari pembangunan ekonominya.
Selanjutnya dikatakan bahwa pengaruh
positif atau negatif dari pertumbuhan penduduk tergantung pada kemampuan sistem
perekonomian daerah tersebut dalam menyerap dan secara produktif memanfaatkan
pertambahan tenaga kerja tersebut. Kemampuan tersebut dipengaruhi oleh tingkat
dan jenis akumulasi modal dan tersedianya input dan faktor penunjang seperti
kecakapan manajerial dan administrasi. Dalam model sederhana tentang
pertumbuhan ekonomi, pada umumnya pengertian tenaga kerja diartikan sebagai
angkatan kerja yang bersifat homogen.
Untuk lebih jelasnya mari kita
sama-sama melihat gambaran dari kedua hal di atas melalui analisis deskriptif
dari data yang tersedia.
Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran di
Indonesia
Analisis deskriptif yang saya lakukan
untuk melihat bagaimana pertumbuhan ekonomi dan pengangguran yang terjadi di
Indonesia pada kesempatan kali ini menggunakan range data dari tahun 1986-2010.
Secara lebih rinci saya gambarkan dalam grafik di bawah ini.
Pertumbuhan PDB Indonesia dan Tingkat Pengangguran Tahun 1986-2010
Saya akan menganalisisnya sama seperti
pada saat menganalisis pertumbuhan ekonomi di Indonesia seperti pada artikel
sebelumnya, dimana kita bagi analisis dalam tiga periode waktu, yaitu pada
periode sebelum krisis ekonomi (1986-1996), pada saat krisis (1997-1999) dan
setelah krisis (2000-2010). Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa
pertumbuhan ekonomi Indonesia pada periode sebelum krisis memiliki rata-rata
yang cukup besar yaitu 7,76 persen. Pada periode ini terlihat bahwa tingkat
pengangguran di Indonesia selalu berada di bawah tingkat pertumbuhan ekonomi.
Artinya tingkat pertumbuhan ekonomi yang tercipta selama periode tersebut telah
mampu menciptakan lebih banyak kesempatan kerja sehingga pertumbuhan tingkat
pengangguran lebih kecil daripada pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Memasuki tahun 1997 pertumbuhan ekonomi
Indonesia mulai menunjukan kecenderungan yang menurun dan puncaknya terjadi
pada tahun 1998 dimana pada saat itu pertumbuhan ekonomi terpuruk pada tingkat
-13,24 persen. Rendahnya tingkat pertumbuhan ekonomi ini ternyata diikuti
dengan semakin naiknya tingkat pengangguran. Tingkat pengangguran di Indonesia
terus meningkat sejak tahun 1997 yang nilainya hampir menyamai tingkat
pertumbuhan ekonomi pada waktu itu, yaitu tingkat pengangguran sebesar 4,29
persen sedangkan pertumbuhan ekonominya sebesar 4,59 persen. Setelah tahun
1997, terlihat bahwa tingkat pengangguran Indonesia nilainya selalu berada di
atas tingkat pertumbuhan ekonomi sampai dengan saat ini.
Terpuruknya perekonomian Indonesia pada
saat krisis ekonomi membawa pengaruh pada semakin tingginya tingkat
pengangguran. Hal ini karena tingkat pertumbuhan ekonomi yang turun berarti PDB
saat itu turun dari periode sebelumnya. PDB yang turun berarti tingkat produksi
output dari kegiatan produksi turun, hal ini menyebabkan permintaan terhadap
tenaga kerja akan semakin turun. Banyaknya pekerja yang di PHK dan terus bertambahnya
angkatan kerja semakin menambah tingkat pengangguran saat itu.
Tingkat pengangguran setelah periode
krisis ekonomi masih terlihat terus meningkat hingga tahun 2005, bahkan
mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah Indonesia yaitu mencapai angka 11,24
persen. Namun, setelah tahun 2005 tingkat pengangguran ini secara perlahan
terus turun hingga mencapai 7,14 persen pada tahun 2010. Kinerja perkonomian
Indonesia juga semakin baik pada periode ini, hal ini terlihat dari pertumbuhan
ekonomi yang semakin meningkat. Pada tahun 2010 tingkat pengangguran dengan
pertumbuhan ekonomi hanya berbeda 1.03 persen dan diharapkan tingkat
pengangguran ini akan semakin turun pada tahun berikutnya.
Secara lebih rinci, hubungan antara
pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja dapat dilihat melalui beberapa
indikator/ukuran. Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dengan tenaga kerja ini
antara lain dapat dilihat melalui: MPL (Marginal Productivity for Labor), elastisitas
tenaga kerja, dan ILOR (Incremental Labor Output Ratio). MPL merupakan
tambahan produksi yang diakibatkan penambahan satu tenaga kerja yang digunakan
(Sukirno, 1996). ILOR adalah besarnya tambahan tenaga kerja yang dibutuhkan
untuk menaikkan satu unit output baik secara fisik maupun nilai. Sedangkan
elastisitas tenaga kerja merupakan presentase penambahan tenaga kerja untuk
setiap satu persen pertumbuhan output.
Elastisitas Tenaga Kerja Indonesia
Elastisitas tenaga kerja dapat
ditentukan nilainya dengan mencari rasio antara pertumbuhan ekonomi dengan
pertumbuhan tenaga kerja. Untuk melihat hubungan antara pertumbuhan ekonomi
dengan tenaga kerja dalam penelitian ini hanya akan dilihat dari ukuran
elastisitas saja. Secara nasional tingkat elastisitas tenaga kerja Indonesia
selama tahun 1989-2010 saya sajikan dalam tabel dibawah ini.
Elastisitas Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 1987-2010
Dari tahun 1987-2010 angka elastisitas
tenaga kerja Indonesia selalu berada di bawah satu kecuali tahun 1999. Angka
elastisitas tenaga kerja di bawah 1 ini menunjukkan bahwa kesempatan kerja di
Indonesia bersifat inelastis, artinya setiap perubahan output sebesar 1 persen
akan mengakibatkan perubahan kesempatan kerja kurang dari 1 persen. Pada tahun
2010 angka elastisitas tenaga kerja sebesar 0,52 artinya apabila terjadi
peningkatan PDB Indonesia sebesar 1 persen maka akan menyebabkan terjadinya
peningkatan kesempatan kerja di Indonesia sebesar 0,52 persen. Demikian juga
pada tahun-tahun yang lain, angka elastisitas diartikan sama seperti penjelasan
di atas.
Angka elastisitas tenaga kerja yang
berada di bawah 1 ini menunjukan bahwa laju pertumbuhan ekonomi di Indonesia
lebih cepat dari laju pertumbuhan kesempatan kerja. Hal ini berarti pertumbuhan
ekonomi yang tercipta selama ini belum mampu menyediakan kesempatan kerja yang
besar. Nilai elastisitas sebesar 1 adalah nilai elastisitas yang ideal, dimana
peningkatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi mampu meningkatkan kesempatan
kerja seimbang dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi tersebut. Angka
elastisitas terendah ada pada tahun 1998, yaitu pada saat terjadi krisis
ekonomi. Hal ini terjadi karena pada waktu itu pertumbuhan ekonomi Indonesia
memang sedang mengalami keterpurukan sehingga pertumbuhan yang terjadi tidak
mampu menciptakan kesempatan kerja, justru banyak para pekerja yang kehilangan
pekerjaannya.
Tulisan kali ini saya cukupkan sampai
di sini dulu. Semoga bermanfaat untuk temen-temen pembaca.
Wallahu a'lam bishowab.
Bumi Gorontalo, 19 April
2013
-Eka Nurdiyanto-
Sumber Referensi:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar