Sampai saat ini sepertinya sikap yang terekam dalam kata TEGAS ini memang belum ada dalam diriku secara utuh. Jika ditakar mungkin porsinya malah tidak mencapai 50% dari total 100% yang seharusnya ada. Ketika komitmen dibuat tidak jarang karena sikap ketidaktegasan ini membuat komitmen tadi goyah atau bahkan sampai hancur. Karena ketidaktegasan ini tidak sedikit dari yang seharusnya tidak boleh dilakukan kemudian menjadi kebiasaan. Semula memang hanya berdampak pada diri sendiri, tapi pada akhirnya ternyata tidak sedikit orang yang kecewa dengan sikap ketidaktegasan ini.
Rabu, 30 November 2011
[9] Tegas
Tegas. Bersikaplah tegas. Tidak harus keras, tapi TEGAS!
Sampai saat ini sepertinya sikap yang terekam dalam kata TEGAS ini memang belum ada dalam diriku secara utuh. Jika ditakar mungkin porsinya malah tidak mencapai 50% dari total 100% yang seharusnya ada. Ketika komitmen dibuat tidak jarang karena sikap ketidaktegasan ini membuat komitmen tadi goyah atau bahkan sampai hancur. Karena ketidaktegasan ini tidak sedikit dari yang seharusnya tidak boleh dilakukan kemudian menjadi kebiasaan. Semula memang hanya berdampak pada diri sendiri, tapi pada akhirnya ternyata tidak sedikit orang yang kecewa dengan sikap ketidaktegasan ini.
read more
Sampai saat ini sepertinya sikap yang terekam dalam kata TEGAS ini memang belum ada dalam diriku secara utuh. Jika ditakar mungkin porsinya malah tidak mencapai 50% dari total 100% yang seharusnya ada. Ketika komitmen dibuat tidak jarang karena sikap ketidaktegasan ini membuat komitmen tadi goyah atau bahkan sampai hancur. Karena ketidaktegasan ini tidak sedikit dari yang seharusnya tidak boleh dilakukan kemudian menjadi kebiasaan. Semula memang hanya berdampak pada diri sendiri, tapi pada akhirnya ternyata tidak sedikit orang yang kecewa dengan sikap ketidaktegasan ini.
Yah, banyak memang cambukan yang sebenarnya sudah ku dapatkan dari orang-orang disekitarku. Tapi karena hati ini yang mungkin sudah mulai terindikasi berbagai penyakit, hingga akhirnya cambukan sekeras apapun rasa-rasanya tidak akan terasa. Sampai akhirnya beberapa hari yang lalu ada seorang yang bilang kecewa, atau sangat kecewa mungkin dengan sikapku. Sikap yang berawal dari ketidaktegasan, sikap yang tidak berani untuk bilang tidak atau iya secara mantap dari awal.
Maafkan aku jika selama ini sikapku salah, tidak menunjukan bagaimana seharusnya seorang laki-laki bersikap. Sungguh tidak ada maksud apa-apa dari semua sikapku selama ini, tidak untuk mempermainkan atau menyakiti. Semata-mata murni hanya ingin menjadi seorang kakak yang baik, tapi mungkin banyak dari sikapku yang malah membuatmu sakit. Jangan pernah lagi kau teteskan air matamu itu karena aku, pergilah yang jauh, sejauh-jauhnya kau bisa. Carilah dia yang mampu membuatmu bahagia, yang tidak akan pernah membuatmu kecewa.
Aku akan berusaha untuk bersikap tegas dalam komitmenku saat ini. Jika kemarin aku bersikap kurang tegas memang ada sebuah alasan yang memaksaku untuk berbuat seperti itu. Alasan yang melahirkan komitmenku saat ini ada. Jadi biarkanlah aku berusaha untuk memenuhi porsi kata TEGAS itu dalam diriku. Aku akan mulai dari sikap tegas untuk tidak melanggar komitmen ini. Be Happy Sist...:-) berharap kau selalu bahagia mulai saat ini dan seterusnya...amiin.
Selasa, 29 November 2011
[8] Bonus Demografi, antara Kesempatan Emas atau Bumerang Pembangunan Indonesia
Bonus demografi, sebuah peluang besar bagi suatu Negara untuk melakukan percepatan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi akan dialami oleh Indonesia pada tahun 2020-2030. Peluang besar yang terjadi sekali dalam seumur hidup bangsa Indonesia ini merupakan suatu kesempatan emas untuk dapat menggenjot produktivitas dan pertumbuhan ekonomi sehingga pencapaian kesejahteraan akan semakin cepat didapat. Pada periode itu proporsi anak berusia kurang dari 15 tahun terus berkurang dibandingkan dengan penduduk usia kerja, lebih dari 15 tahun. Dengan kata lain proporsi penduduk usia kerja jauh lebih besar dibandingkan proporsi penduduk bukan usia kerja.
Semakin besarnya proporsi penduduk usia produktif ini menyebabkan jumlah tanggungan semakin kecil. Pada periode 2020-2030, sebanyak 100 pekerja hanya menanggung 44 anak. Jumlah tanggungan itu lebih sedikit dibandingkan tahun 2010 dimana 100 pekerja menanggung 51 anak dan jauh lebih kecil dari tahun 1971 dimana 100 pekerja menanggung 86 anak (Kompas, 25 November 2011). Hal ini berarti pada periode 2020-2030 Indonesia memiliki kesempatan besar untuk memacu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Adanya kesempatan emas ini memang memberikan angin segar bagi Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunannya. Semakin banyak penduduk usia kerja yang ada berarti semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam proses produksi. Dengan demikian, tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi yang sangat penting bukan menjadi kendala lagi dalam proses produksi. Sehingga pada akhirnya diharapkan produktivitas yang dihasilkan akan semakin meningkat sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pencapaian kesejahteraan untuk masyarakat semakin cepat tercapai.
Namun demikian, apakah kesempatan bonus demografi ini mampu dimanfaatkan secara baik oleh Indonesia atau malah akan menjadi bumerang yang merugikan Indonesia sendiri? Pertanyaan ini memang masih layak dipertanyakan, pasalnya sampai dengan tahun 2010 ini dari 116,5 juta orang yang tergolong angkatan kerja ternyata 8,3 juta (7,14%) diantaranya masih menganggur. Hal ini menunjukan bahwa penciptaan lapangan kerja di Indonesia sampai saat ini masih belum mampu menyerap seluruh angkatan kerja yang ada. Jika pada periode 2020-2030 penciptaan lapangan kerja yang ada masih seperti saat ini maka bonus demografi yang terjadi justru akan menjadi masalah pembangunan karena akan meningkatkan jumlah pengangguran.
Selain itu, kualitas penduduk yang berada pada usia produktif tersebut juga merupakan salah satu poin penting yang harus dipikirkan. Apa jadinya jika sebagian besar penduduk usia produktif yang diperkirakan mencapai 167 juta jiwa pada tahun 2025 berpendidikan rendah atau tak lulus pendidikan tingkat menengah? Peluang emas dari bonus demografi ini pun akan gagal dimanfaatkan. Sebagian besar penduduk produktif itu hanya akan bekerja pada sektor informal dan tak mampu mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Padahal pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu kunci dalam menciptakan tersedianya lapangan kerja.
Melihat hal ini maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kesempatan bonus demografi ini. Jangan sampai kesempatan emas ini berlalu begitu saja tanpa ada perubahan baik yang terjadi, dan jangan sampai kesempatan emas ini malah menjadi sesuatu yang bakal merugikan Indonesia sendiri. Rumusan-rumusan kebijakan yang tepat dan matang sangat diperlukan sehingga pada saatnya nanti kesempatan emas ini dapat dimanfaatkan dengan baik bukan malah menjadi bumerang yang menyerang diri sendiri.
read more
Semakin besarnya proporsi penduduk usia produktif ini menyebabkan jumlah tanggungan semakin kecil. Pada periode 2020-2030, sebanyak 100 pekerja hanya menanggung 44 anak. Jumlah tanggungan itu lebih sedikit dibandingkan tahun 2010 dimana 100 pekerja menanggung 51 anak dan jauh lebih kecil dari tahun 1971 dimana 100 pekerja menanggung 86 anak (Kompas, 25 November 2011). Hal ini berarti pada periode 2020-2030 Indonesia memiliki kesempatan besar untuk memacu produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.
Adanya kesempatan emas ini memang memberikan angin segar bagi Indonesia dalam mencapai tujuan pembangunannya. Semakin banyak penduduk usia kerja yang ada berarti semakin banyak pula jumlah tenaga kerja yang tersedia dalam proses produksi. Dengan demikian, tenaga kerja sebagai salah satu faktor produksi yang sangat penting bukan menjadi kendala lagi dalam proses produksi. Sehingga pada akhirnya diharapkan produktivitas yang dihasilkan akan semakin meningkat sehingga mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pencapaian kesejahteraan untuk masyarakat semakin cepat tercapai.
Namun demikian, apakah kesempatan bonus demografi ini mampu dimanfaatkan secara baik oleh Indonesia atau malah akan menjadi bumerang yang merugikan Indonesia sendiri? Pertanyaan ini memang masih layak dipertanyakan, pasalnya sampai dengan tahun 2010 ini dari 116,5 juta orang yang tergolong angkatan kerja ternyata 8,3 juta (7,14%) diantaranya masih menganggur. Hal ini menunjukan bahwa penciptaan lapangan kerja di Indonesia sampai saat ini masih belum mampu menyerap seluruh angkatan kerja yang ada. Jika pada periode 2020-2030 penciptaan lapangan kerja yang ada masih seperti saat ini maka bonus demografi yang terjadi justru akan menjadi masalah pembangunan karena akan meningkatkan jumlah pengangguran.
Selain itu, kualitas penduduk yang berada pada usia produktif tersebut juga merupakan salah satu poin penting yang harus dipikirkan. Apa jadinya jika sebagian besar penduduk usia produktif yang diperkirakan mencapai 167 juta jiwa pada tahun 2025 berpendidikan rendah atau tak lulus pendidikan tingkat menengah? Peluang emas dari bonus demografi ini pun akan gagal dimanfaatkan. Sebagian besar penduduk produktif itu hanya akan bekerja pada sektor informal dan tak mampu mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Padahal pertumbuhan ekonomi yang tinggi merupakan salah satu kunci dalam menciptakan tersedianya lapangan kerja.
Melihat hal ini maka peran pemerintah sangat diperlukan dalam mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut kesempatan bonus demografi ini. Jangan sampai kesempatan emas ini berlalu begitu saja tanpa ada perubahan baik yang terjadi, dan jangan sampai kesempatan emas ini malah menjadi sesuatu yang bakal merugikan Indonesia sendiri. Rumusan-rumusan kebijakan yang tepat dan matang sangat diperlukan sehingga pada saatnya nanti kesempatan emas ini dapat dimanfaatkan dengan baik bukan malah menjadi bumerang yang menyerang diri sendiri.
Minggu, 12 Juni 2011
[7] Cinta
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak, dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)". (Q.S. Ali Imran [3] : 14)
Manusia adalah makhluk yang sempurna, ia dibekali hati oleh Allah SWT sebagai alat yang berfungsi untuk merasakan. Melalui hati inilah manusia mampu mengetahui bagaimana rasa senang, sedih, khawatir, bahagia, dan rasa yang lainnya termasuk rasa ketika cinta itu hadir. Hati terkadang bisa mendorong mata untuk menangis dan bibir untuk tersenyum. Dengan hati inilah manusia berhak untuk merasakan cinta, dicintai dan mencintai.
Cinta, satu kata yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Namun apa sebenarnya cinta itu? kalau ditanya pertanyaan semacam ini mungkin anda lebih tahu secara detail jawabannya. Apalagi bagi anda yang sudah pernah merasakannya atau sedang merasakannya saat ini. Tapi sekarang simpan dulu jawaban anda. Biarkan aku menuliskan yang ku tahu tentang cinta di sini.
Aku sendiri sebenarnya sangat tertarik dengan rasa yang namanya cinta ini. Karena menurutku cinta ini adalah seperti sebuah virus yang sangat hebat dan kuat, siapapun orangnya, profesi apapun, dengan latar belakang apapun sangat berpotensi terkena cinta. Termasuk aku sebagai seorang manusia biasa juga berpotensi terkena virus cinta ini. Sebuah getaran rasa yang menandakan rasa suka, rasa ingin selalu dekat, rasa ingin selalu diperhatikan, rasa ingin selalu bersama orang yang dicintai. Yah, mungkin anda pernah merasakan hal itu, termasuk aku mungkin. Melihat kenyataan bahwa semua orang pasti berpotensi jatuh cinta kepada lawan jenisnya, maka menurutku akan menjadi penting bagi kita untuk mengetahui cinta secara lebih mendalam.
Cinta adalah sebuah fitrah manusia. Seperti pada ayat Quran yang kutuliskan di atas, Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia, entah itu kepada lawan jenisnya, anak, maupun pada harta duniawi. Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu adalah fitrah kemanusiaan. Islam tidak mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai atau mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta itu diutarakan. "Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya". (HR Abu Daud dan At Tirmidzi).
* Sebuah catatan dari seorang mahasiswa yang tanpa sengaja memikirkan cinta di tengah tugas skripsinya yang menunggu deadline.
Cinta, satu kata yang sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Namun apa sebenarnya cinta itu? kalau ditanya pertanyaan semacam ini mungkin anda lebih tahu secara detail jawabannya. Apalagi bagi anda yang sudah pernah merasakannya atau sedang merasakannya saat ini. Tapi sekarang simpan dulu jawaban anda. Biarkan aku menuliskan yang ku tahu tentang cinta di sini.
Aku sendiri sebenarnya sangat tertarik dengan rasa yang namanya cinta ini. Karena menurutku cinta ini adalah seperti sebuah virus yang sangat hebat dan kuat, siapapun orangnya, profesi apapun, dengan latar belakang apapun sangat berpotensi terkena cinta. Termasuk aku sebagai seorang manusia biasa juga berpotensi terkena virus cinta ini. Sebuah getaran rasa yang menandakan rasa suka, rasa ingin selalu dekat, rasa ingin selalu diperhatikan, rasa ingin selalu bersama orang yang dicintai. Yah, mungkin anda pernah merasakan hal itu, termasuk aku mungkin. Melihat kenyataan bahwa semua orang pasti berpotensi jatuh cinta kepada lawan jenisnya, maka menurutku akan menjadi penting bagi kita untuk mengetahui cinta secara lebih mendalam.
Cinta adalah sebuah fitrah manusia. Seperti pada ayat Quran yang kutuliskan di atas, Allah telah menanamkan perasaan cinta yang tumbuh di hati manusia, entah itu kepada lawan jenisnya, anak, maupun pada harta duniawi. Islam adalah agama fitrah, sedang cinta itu adalah fitrah kemanusiaan. Islam tidak mengingkari perasaan cinta yang tumbuh pada diri manusia. Islam tidak pula melarang seseorang untuk dicintai atau mencintai, bahkan Rasulullah menganjurkan agar cinta itu diutarakan. "Apabila seseorang mencintai saudaranya maka hendaklah dia memberitahu bahwa dia mencintainya". (HR Abu Daud dan At Tirmidzi).
Cinta pada lawan jenis bukanlah sesuatu yang kotor. Seorang muslim dan muslimah tidak dilarang untuk saling mencintai, mereka juga tidak dilarang untuk jatuh cinta. Cinta seorang laki-laki kepada wanita dan cinta wanita kepada laki-laki adalah perasaan yang manusiawi yang bersumber dari fitrah yang diciptakan Allah di dalam hati manusia. Jadi cinta bukanlah sesuatu yang kotor, karena kekotoran dan kesucian tergantung dari bingkainya. Ada bingkai yang suci dan halal dan ada bingkai yang kotor dan haram. Bila bingkainya sesuai syariat yaitu pernikahan, maka cinta itu halal. Namun bila bingkainya pacaran, perselingkuhan dan perzinaan maka cinta itu dilarang. Cinta tidak haram dan akan tetap terjaga kesuciaannya selama tidak menimbulkan kemaksiatan kepada Allah. Inilah yang harus digarisbawahi karena seringkali dengan dalih cinta, namun menghalalkan apa-apa yang Allah haramkan.
Dalam Islam, sebenarnya telah ada peringkat-peringkat cinta, siapa yang harus didahuluan, siapa pula yang harus diutamakan dan siapa yang harus diakhirkan. Tingkatan ini sebaiknya penting untuk diketahui agar kita memiliki prioritas yang benar dalam mencintai. Tidak menjadi seseorang yang salah besar karena menandingi cinta Allah dengan cinta kepada makhlukNya. Menurut Ibnul Qoyyim, terdapat enam peringkat cinta (murotibul mahabah), yaitu :
- Peringkat ke-1 dan yang paling tinggi adalah tatayyum, yang merupakan hak Allah semata (Q.S. Al Baqarah [2] : 165). Allah lah yang paling utama, tak ada tandingan tak ada bandingan. Allah yang pertama dan akan selalu menjadi yang pertama. Cinta kita kepada Allah harus menjadi puncak dari segala cinta yang kita miliki.
- Peringkat ke-2 : 'Isyk yang hanya merupakan hak Rasulullah SAW. Cinta yang melahirkan sikap hormat, patuh, ingin membelanya, ingin mengikutinya, mencontohnya, dll. Namun, bukan untuk menghambakan diri padanya. Kita mencintai Rasulullah dengan segenap konsekuensinya.
- Peringkat ke-3 : Syauq yaitu cinta antara mukmin dengan mukmin lainnya. Antara suami istri, antara orang tua dan anak, yang membuahkan rasa mawaddah wa rahmah.
- Peringkat ke-4 : shahabah yaitu cinta sesama muslim yang melahirkan ukhuwah islamiyah. Cinta ini menuntut sebuah kesabaran untuk menerima perbedaan dan melihatnya sebagai sebuah hikmah yang berharga.
- Peringkat ke-5 : Ithf (simpati) yang ditujukan kepada sesama manusia. Rasa ini seringkali muncul jika rasa kemanusiaan kita tersentuh. Rasa simpati ini melahirkan kecenderungan untuk menyelamatkan manusia, termasuk pula di dalamnya adalah berdakwah.
- Peringkat ke-6 adalah cinta yang paling rendah dan sederhana, yaitu cinta kepada selain manusia : harta benda. Namun, cinta ini sebatas intifa' (pendayagunaan/pemanfaatan). Cinta jenis ini pula yang sering menggelincirkan manusia.
Itulah sedikit yang bisa kutulis tentang cinta. Semoga bisa menjadi tambahan referensi dalam mengelola dan mengenal cinta. Karena cinta bisa datang setiap saat pada siapa saja, semoga kita tidak salah dalam mengelolanya nantinya.
Beberapa isi dalam tulisan ini kuambil dari buku karya Burhan Sodiq yang berjudul "Ya Allah, Aku Jatuh Cinta". So, buat yang pingin lebih dalam mengenal tentang cinta dan bisa menelola cinta ketika dia datang tanpa harus terkena dosa silahkan baca buku ini.
"Cinta ibarat kupu-kupu. Makin kau kejar, makin ia menghindar. Tapi bila kau biarkan ia terbang, ia akan menghampirimu di saat kau tak menduganya. Cinta bisa membahagiakanmu tapi sering pula ia menyakiti, tapi cinta itu hanya istimewa apabila kau berikan pada seseorang yang layak menerima. Jadi tenang-tenang saja, jangan terburu-buru dan pilihlah yang terbaik".
* Sebuah catatan dari seorang mahasiswa yang tanpa sengaja memikirkan cinta di tengah tugas skripsinya yang menunggu deadline.
Kamis, 09 Juni 2011
[6] Menggapai Kehidupan Bahagia (part 1)
"bahagiakah kita saat ini...?"
Ada banyak pemikiran orang mengenai cara meraih hidup yang bahagia, sebagian ada yang berpendapat hidup bahagia bisa diperoleh dengan mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya. Orang yang memiliki pemikiran seperti ini akan selalu berusaha agar apa yang ia lakukan mampu menghasilkan keuntungan duniawi, tujuan hidupnya hanya terarah untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya harta. Dalam pikirannya semakin banyak harta yang dikumpulkan maka akan semakin bahagia hidupnya, sehingga hampir seluruh waktu dan tenaga yang ia miliki ia habiskan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya harta. Tak jarang sekarang kita lihat banyak terjadi kasus-kasus korupsi karena adanya pemikiran seperti ini. Menurutku pemikiran seperti ini bukan pemikiran yang tepat dalam meraih kebahagiaan hidup, yang ada nantinya adalah rasa was-was dan khawatir jika harta yang telah ia kumpulkan akan hilang. Hatinya akan selalu merasa tidak tenang, resah dan khawatir terhadap hartanya. Bukannya dapat menikmati hidup yang bahagia, yang ada malah selalu merasa khawatir dan tidak tenang. Apalagi bagi para koruptor, di dunia tidak tenang di akhirat tidak selamat.
Sebagian yang lain ada juga yang berpendapat semakin tinggi kekuasaan yang ia miliki maka ia akan dapat meraih kebahagiaan dalam hidupnya. Sehingga tak jarang sekarang kita lihat bagaimana ketatnya persaingan yang terjadi diantara orang-orang untuk mendapat kekuasaan/kedudukan yang lebih tinggi. Tidak sedikit orang yang memiliki pemikiran seperti ini melakukan hal-hal yang kurang sehat di dalam persaingannya. Menebar janji palsu, menyogok sana-sini, atau bahkan sampai membuat berita-berita bohong agar ia mendapatkan dukungan dari masyarakat. Menurutku bukan seperti ini jalan untuk mendapat hidup yang bahagia. Jika untuk mendapatkan hidup yang bahagia harus dilalui dengan jalan yang tidak benar apakah hidup yang benar-benar bahagia bisa diraih? Aku rasa tidak.
Saat ini telah banyak beredar buku-buku yang membahas tentang meraih hidup bahagia yang dikarang oleh orang-orang barat. Telah banyak orang-orang yang mengambil manfaat dari buku-buku ini. Namun yang dibahas dalam buku-buku ini kebanyakan hanya membicarakan bahagia di dunia saja yang semu. Salah satu pengarang dari buku-buku ini ternyata tidak mampu menikmati hidup yang bahagia, bahkan ia mati dengan bunuh diri. Ia hanya membicarakan pengembangan diri, bahagia, sukses secara materi duniawi saja tanpa dilandasi agama dan iman sehingga tidak mampu mendapatkan sebenar-benarnya bahagia. Kita, orang Islam telah memiliki banyak buku-buku pengembangan diri yang hebat, yang berbicara tidak hanya dari faktor materi duniawi saja tetapi juga membahas masalah akhirat/hari akhir.
Ada beberapa sarana yang membantu untuk mendapatkan hidup yang bahagia, kalau diringkas maka ada 3 sarana yaitu :
- Asbab diniyah, sarana berupa pembenahan kehidupan religi, sarana berupa agama.
- Asbab thobi'iyyah, sarana yang bersifat alami.
- Asbab 'amaliyah, sarana praktis yang dijalani dengan kesungguhan, berusaha beramal.
Syeikh Abdurrahman bin Nasir Assa'di dalam kitabnya "Menggapai Kehidupan Bahagia" (judul terjemahan) memberikan tips agar kita dapat hidup bahagia. Tipsnya berisi 23 kiat hidup bahagia, isinya sebagai berikut :
- Beriman dan beramal sholeh yang sebenarnya. Dalam surat An Nahl : 97, Allah SWT berfirman yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan amal sholeh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya Kami akan memberikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa yang telah mereka kerjakan". Ini adalah janji Allah dan Allah tidak akan mungkin memungkiri janjiNya. Ini adalah janji Allah kepada orang-orang yang memadukan antara iman dan amal sholeh, bahwa mereka akan mendapatkan al hayaatuth thoyyibah (kehidupan yang baik di dunia) dan al jazaa ulhasan (balasan yang baik di dunia dan akhirat). Maka tidak ada keraguan lagi bahwa dengan beriman dan beramal sholeh merupakan kunci pertama untuk mendapat kehidupan yang bahagia.
- Berbuat baik kepada orang lain, baik berupa ucapan, perbuatan ataupun berbagai kebaikan-kebaikan yang lain karena mengharap ridho Allah. Dalam Surat An Nisa : 114 Allah berfirman yang artinya : "Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat makruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhoan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar". Kalau kita menyibukan diri kita dengan kebaikan-kebaikan maka dampaknya akan kembali ke kita sendiri. Jika kita membahagiakan dan menyenangkan orang lain (dalam hal kebenaran) maka yang pertama-tama bahagia adalah kita sendiri. Oleh karena itu orang-orang yang senantiasa berbuat baik pada orang lain akan di bantu oleh Allah SWT dalam urusan-urusannya. Allah hilangkan kesumpekan dan kegelisahan hatinya tergantung kadar kebaikan dan kebajikannya kepada orang lain.
- Mencari dan menyibukan diri dengan hal-hal yang positif. Menyibukan diri dengan hal-hal yang positif akan menjadi benteng agar kita tidak mengerjakan hal-hal yang negatif. Karena jika tidak menyibukan diri dengan hal yang positif maka diri kita akan menyibukan diri dengan hal yang negatif. Jika kita sudah menyibukan diri dengan hal-hal yang positif maka kita akan bisa melupakan kekalutan hati sehingga jiwa akan senang, semangat tumbuh dan bertambah serta hidup ini semakin cerah.
Tulisan ini terinspirasi dari ceramah Ustad Abdullah Shaleh Hadrami di Radio Dakwah Islamiyah.
*Catatan seorang mahasiswa yang terinspirasi untuk dapat selalu hidup bahagia di tengah-tengah kegalauan tugas skripsinya.
Kamis, 02 Juni 2011
[5] Mahasiswa 3 Pisau
"mahasiswa berseragam .."
Skripsweet (baca:skripsi), satu kata ampuh yang mampu menyedot waktu, menjadi pusat perhatian dan pikiran bagi mahasiswa S1 atau D4 di tahun terakhirnya (termasuk aku di semester 8 saat ini). Jika dulu, sewaktu di SD, SMP atau SMA kita kudu bisa lulus UAN (Ujian Akhir Nasional) agar bisa melanjutkan ke tingkat pendidikan selanjutnya, maka skripsweet ini merupakan salah satu syarat yang kudu dilewati juga agar gelar SARJANA bisa diraih. Skripsweet menjadi sebuah persyaratan akhir seorang mahasiswa agar bisa diwisuda, sebagai akhir dari perjalanan panjangnya selama kuliah di perguruan tinggi. Sebuah bukti bahwa seorang mahasiswa telah mampu menghasilkan suatu karya ilmiah, hasil dari proses belajarnya selama kuliah. Dan sebuah pencapaian yang membutuhkan totalitas perjuangan dari seorang mahasiswa agar bisa menghasilkan suatu karya yang benar - benar bermanfaat.
Mahasiswa yang sedang berada di tahun terakhir itu layaknya seorang yang memiliki 3 pisau. Pisau yang pertama adalah pisau untuk memotong daging (pisau daging), pisau kedua adalah pisau untuk memotong roti (pisau roti) dan pisau ketiga adalah pisau dapur. Maka, ada 3 sikap yang berbeda yang akan dilakukan olehnya ketika ada seseorang yang meminta tolong untuk memotongkan sepotong daging kepadanya. Yang pertama, ia akan menggunakan sembarang pisau yang ia punya untuk memotong daging itu, entah itu pisau daging, pisau roti maupun pisau dapur. Dalam pikirannya yang terpenting adalah daging itu dapat terpotong sesuai dengan keinginannya tanpa memperdulikan pisau apa yang ia gunakan.
Yang kedua, ia akan menggunakan pisau daging untuk memotong daging itu, karena ia telah mengetahui bahwa daging itu akan mudah terpotong sesuai dengan keinginannya ketika ia menggunakan pisau daging. Ia telah mengetahui bahwa ketika menggunakan pisau daging akan lebih mudah dan cepat untuk memotong daging itu daripada dengan menggunakan 2 pisau lainnya yang ia punya. Ia mampu menggunakan pisau yang ia miliki dengan tepat sesuai dengan benda yang akan dipotongnya. Ketika ada seseorang yang meminta untuk memotongkan sayuran atau buah-buahan maka ia gunakan pisau dapur untuk memotongnya. Demikian juga ketika ada seseorang yang meminta untuk memotongkan roti maka ia akan menggunakan pisau roti untuk memotongnya.
Yang ketiga, ia tidak hanya menggunakan pisau daging untuk memotong daging itu, tetapi ia juga memikirkan agar pisau daging yang ia miliki bisa lebih tajam dan cepat untuk memotong daging itu. Tidak hanya sekedar memakai pisau daging yang sudah ia miliki tetapi ia juga berusaha untuk membuat pisau daging yang ia miliki itu lebih tajam bahkan ia berusaha untuk mencari pisau daging lainnya yang memiliki ketajaman lebih dari yang ia miliki, sehingga daging itu akan lebih sempurna terpotong. Hal yang sama ia lakukan ketika akan memotong sayuran atau buah-buahan dengan pisau dapur dan ketika akan memotong roti dengan pisau roti yang ia punya.
Ilustrasi di atas aku buat untuk menggambarkan bagaimana karakteristik seorang mahasiswa yang berada di tahun terakhirnya. Aku ibaratkan metode analisis yang telah dikuasai seorang mahasiswa sebagai pisau yang ia miliki seperti ilustrasi di atas. Seorang mahasiswa dituntut untuk mampu menguasai metode-metode analisis terkait bidang/jurusan yang ia ambil. Sehingga ketika sudah terjun ke masyarakat atau dunia pekerjaannya ia mampu menganalisis dan melihat fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat atau terkait pekerjaannya dengan tepat dan mampu menemukan solusi pemecahannya. Oleh karena itu, seorang mahasiswa sebelum diwisuda sebagai tanda kelulusannya perlu diuji terlebih dahulu. Ia harus mampu menulis skripsi bagi mahasiswa tingkat S1 atau D4, thesis bagi mahasiswa tingkat S2 dan disertasi bagi mahasiswa tingkat S3. Ia dituntut untuk membuktikan kalau ia telah mampu menggunakan metode analisis dan ilmu yang telah ia pelajari selama kuliah dalam bentuk tulisan-tulisan tadi sesuai permasalahan ilmiah yang ia ambil. Aku ibaratkan pisau yang dimiliki orang di atas adalah metode analisis yang telah ia kuasai dan permasalahan ilmiah itu sebagai sepotong daging yang akan dipotong seperti ilustrasi di atas.
Seorang mahasiswa S1 atau D4 yang sedang menyusun skripsi adalah seperti sikap pertama dalam ilustrasi di atas. Ketika mengerjakan skripsi, pada dasarnya ia hanya dituntut untuk dapat menggunakan salah satu metode analisis yang telah ia pelajari untuk menyelesaikan suatu permasalahan ilmiah. Ia hanya dituntut untuk membuktikan bahwa ia telah mampu menggunakan salah satu metode analisis yang telah ia pelajari untuk menyelesaikan suatu permasalahan ilmiah. Sedangkan penyusunan thesis mahasiswa S2 adalah seperti sikap kedua dalam ilustrasi di atas. Ia dituntut untuk mampu menggunakan dengan tepat metode analisis sesuai dengan permasalahan yang dihadapi sehingga mampu menghasilkan analisis yang lebih tajam dan akurat. Sedangkan sikap ketiga seperti pada ilustrasi di atas adalah seperti seorang mahasiswa S3 yang sedang menyusun disertasinya. Ia tidak hanya dituntut untuk mampu menggunakan metode analisis dengan tepat dan memberikan hasil analisis yang tajam dan akurat, tetapi ia juga diharapkan mampu menyempurnakan metode analisis yang telah ada atau menciptakan metode analisis baru yang lebih bagus dari sebelumnya.
Jadi, dalam penyusunan skripsi, thesis maupun disertasi itu sebenarnya sudah ada tingkat-tingkat kesulitannya sendiri. Maka akan lebih nyaman dan tepat ketika menyusun skripsi itu ya sesuai dengan tingkat kesulitan pembuatan skripsi. Sepertinya akan sangat repot ketika membuat skripsi tetapi sudah berani mengambil kesulitan setingkat thesis atau disertasi. Memang tidak salah, asal ia mampu dan memang memiliki kemampuan, dan mungkin ini akan sangat berguna. Tapi kalau ada yang lebih mudah ngapain pilih yang susah-susah. Walau itu sederhana tapi benar dan sesuai aturan aku rasa malah akan lebih baik daripada menyusahkan diri untuk mengambil sesuatu yang lebih susah diraih. Mending sekarang yang sederhana dulu untuk skripsi, baru menyiapkan yang lebih lagi di thesis dan disertasi nantinya (semoga bisa sampai S3 beneran, aamiin). Kalau skripsi saja sudah dikerjakan setingkat disertasi, gimana disertasinya? So, aku rasa bertahap itu akan lebih baik.
Ayo, buat yang lagi nyusun skripsi (termasuk aku) tetap semangat. Kalau kita hanya mahir memakai pisau dapur pakailah pisau dapur itu dulu untuk memotong daging, daripada memaksakan memakai pisau daging tetapi akhirnya daging itu tidak terpotong atau malah akhirnya melukai kita sendiri karena kita belum mahir memakainya. Hanya tinggal ini, setelah itu wisuda, memakai toga dan buat orang tua bahagia. Skripsweet ini kudu selesai!
24 September 2011, tunggu aku.
Semangat semuanya! semoga skripsweet ini benar-benar berakhir dengan so sweet..;D
*sebuah catatan seorang mahasiswa yang semakin bingung dengan skripsinya (semoga dimudahkan..aamiin).
Senin, 21 Maret 2011
[4] Tadabbur Q.S. AL Mukminun : 1-11
"Iman tidak selamanya sama, kadang naik kadang turun..."
Sahabat, sungguh sangat beruntung kita telah dipilih oleh Allah SWT sebagai seseorang yang memiliki Iman kepada-Nya. Semoga kita termasuk seseorang yang senantiasa bersyukur atas nikmat iman ini dan selalu berusaha agar iman ini bukan hanya sebagai hiasan bibir dan pemanis kata apalagi sekedar keyakinan hampa. Tapi sebuah keyakinan yang menghunjam dalam hati, diungkapkan dengan lisan dan dibuktikan dengan tindak nyata. Karena hakikat iman menurut ulama AhluSunnah mencakup tiga hal yaitu :
1. At tasdiqu bil qalbi (membenarkan dengan hati)
2. Al qaulu bil lisan (melafalkan dengan lisan)
3. Al 'amalu bil arkaan/bil jawarlih (melaksanakan dengan segenap potensi 'anggota badan')
Allah SWT telah memberikan gambaran yang cukup banyak mengenai karakteristik orang yang beriman di dalam Al Qur'an dan bagaimana beruntungnya mereka yang memiliki karakteristik tersebut karena Allah telah menjanjikan surga sebagai tempat kembalinya kelak. Salah satunya adalah dalam Q.S. Al Mu'minun ayat 1-11. Sahabat, mari kita sama - sama mentadabburi bagaimana karakteristik tersebut.
Pada ayat 1-9 Allah menjelaskan karakteristik orang yang beriman, yaitu :
- Khusyuk dalam sholat, yang dimaksud khusyuk dalam sholat : Mengerti bacaan - bacaan sholat, Memusatkan perhatian pada waktu sholat hanya kepada Allah serta mengikhlaskan ketaatan, Ikhsan dalam sholat (beribadah hanya kepada Allah seolah - olah engkau melihatNya, maka sesungguhnya Ia melihat engkau), tenang dan konsentrasi.
- Menjauhkan diri dari perkataan dan perbuatan yang tidak berguna. Dari Abu Hurairah R.a, sesungguhnya Rasulullah SAW telah bersabda "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (H.R. Bukhari-Muslim). Telah bersabda Rasulullah SAW : "Sebagian kebaikan keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak berguna baginya."
- Menunaikan Zakat. Zakat memiliki banyak manfaat bagi orang mukmin, antara lain, membersihkan diri dari sifat kikir dan cinta yang berlebihan pada dunia dan mensucikan hati sehingga tumbuh sifat - sifat kebaikan dalam hati (Q.S. 9:103).
- Menjaga kemaluan dari perbuatan keji zina (Q.S. 17:32). Imam Ahmad berkata : "saya tidak dapat mengetahui setelah pembunuhan ada dosa besar daripada perzinaan".
- Menahan pandangan dan memelihara kemaluannya (Q.S. 24:30-31).
- Memelihara amanat dan menepati janji (Q.S. 70:32-35). "tanda orang munafik ada tiga, yaitu apabila berbicara dusta, apabila berjanji ingkar, dan apabila dipercaya berkhianat". (H.R. Syaikhani dari Abu Hurairah r.a). Semoga kita tidak termasuk ke dalam golongan orang - orang munafik.
- Memelihara sholat (Q.S 4:103, 2:43, 22:41). Sholat adalah pembeda antara muslim dan musyrik kafir, Rasulullah SAW bersabda : "beda antara muslim dan musyrik atau kafir adalah meninggalkan sholat"(H.R. Muslim).
Itulah beberapa ciri - ciri orang yang beriman dalam Q.S. Al Mu'minun. Semoga kita memiliki ketujuh karakteristik tersebut dan senantiasa berusaha agar karakteristik tersebut tidak hilang dalam diri kita karena Allah telah menjanjikan surga firdaus dengan segala kenikmatan di dalamnya bagi orang beriman yang memiliki karakteristik seperti di atas.
Sahabat, sudah menjadi fitrah jika manusia memiliki kecenderungan untuk berbuat fujur (dosa) dan ketakwaan (Q.S. 91:8-10). Hal ini menjadikan keimanan seseorang mengalami fluktuasi, kadang naik, kadang turun. Rasulullah bersabda, "keimanan itu bisa bertambah bisa berkurang. Maka perbaharuilah iman kalian dengan Laa Ilaaha illallah." (H.R. Ibnu Islam). Sehingga keimanan menuntut keistiqomahan dalam mempertahankannya. Tugas kita sekarang adalah bagaimana agar kita bisa tetap istiqomah mempertahankan keimanan kita pada posisi tertinggi sehingga selalu memiliki semangat untuk menjalankan amal sholeh sebagai bekal menghadapNya kelak. Semoga kita termasuk orang - orang yang beruntung yang dipertemukan oleh Allah SWT kelak di surga firdausNya. Amiin.
Allahu a’lam.
Jumat, 18 Maret 2011
[3] Kesungguhan
Sudah hampir satu jam abi duduk di depan laptop kesayangannya, berkali - kali dia menekan tombol keyboardnya berusaha untuk merangkai huruf-huruf menjadi sebuah kata dan menjadikan kata - kata itu menjadi sebuah kalimat. Tapi ujung - ujungnya setelah ada kata atau kalimat yang dia buat selalu tombol delete yang dia tekan. Kata demi kata sudah berusaha dia susun, bahkan sebuah kalimat sudah hampir tercipta. Namun tombol delete itu lagi yang akhirnya dia tekan sampai semua kata yang telah dia tulis terhapus lagi dan tak ada satu huruf pun yang tersisa. Begitu seterusnya dia ulang-ulang sampai puluhan kali. Yah, selalu begitu, bukan hanya kali ini dia mengalami hal ini, dia selalu merasa sangat sulit tiap kali mulai menulis. Padahal mimpinya adalah dapat membuat banyak tulisan yang dapat dibaca oleh orang lain dan bermanfaat bagi orang lain.
Sampai akhirnya dia putuskan untuk berhenti sejenak, dia ambil hp nya dan mengirim sms ke teman - temannya yang sudah biasa menulis di blog. Dia tanyakan bagaimana cara keluar dari masalah ini.
"Fokus!" itulah inti dari semua saran yang dia dapatkan. Hanya sebuah kata, tapi sangat berarti menurutnya. Dia telah membayar dengan waktu hampir satu jam menulis tanpa fokus dan terbukti hasilnya nihil, tak satupun tulisan yang berhasil dia buat. Inilah jawaban dari masalah menulisnya selama ini, harus fokus, bersungguh - sungguh dalam menulis. Sejak saat itu akhirnya dia selalu berusaha untuk menghadirkan sifat fokus itu ketika menulis. Dan akhirnya satu demi satu karya pun ia ciptakan.
Sadar ataupun tidak sadar mungkin apa yang dialami abi seperti cerita di atas sering kita alami dalam kehidupan kita. Kita sering melupakan arti pentingnya sebuah kesungguhan dalam menjalankan kegiatan yang sudah kita rencanakan. Sehingga tidak jarang yang didapatkan adalah sebuah kegagalan atau kegiatan tanpa makna. Kita ingin sukses dalam setiap usaha kita tapi kita tidak pernah bersungguh - sungguh untuk meraihnya, maka peluang tercapainya kesuksesan tadi akan sangat kecil bahkan mungkin akan mendekati nol.
Apa yang akan kita dapatkan berbanding lurus dengan apa yang kita usahakan. Tidak akan tertukar dengan yang lain ataupun berpindah ke yang lain. Oleh karena itulah kita dituntut untuk bersungguh - sungguh dalam setiap usaha kita sehingga peluang terciptanya kesuksesan dari usaha kita semakin besar. Hal ini sejalan dengan apa yang difirmankan Allah dalam Surat Ar Ra'd ayat 11, bahwa Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Sebuah kalimat cinta dari-Nya yang mengajak kita agar terus berikhtiar, tidak hanya berpangku tangan dan menunggu. Bahwa ikhtiar adalah sebuah jalan yang harus ditempuh jika ingin berhasil, ikhtiar yang dilakukan dengan penuh kesungguhan dan diiringi dengan doa sebagai penyempurnanya.
Man jadda wajada, Siapa yang bersungguh - sungguh dia akan berhasil. Mungkin itu kata - kata yang tepat untuk menggambarkan hal di atas. Memang hanya sebuah pepatah Arab, bukan sebuah hadist apalagi ayat Al Qur'an. Tapi kata - kata ini sejalan dengan sunatullah. Bahwa segala kesuksesan yang ingin kita capai harus dilalui dengan usaha yang sungguh - sungguh, dengan kerja keras yang terus menerus dan diiringi dengan doa kepada-Nya. Karena tanpa kesungguhan dan tawakal semua mimpi hanya akan menjadi khayalan.
Semangat dan niat ikhlas adalah salah satu kunci untuk menghadirkan kesungguhan dalam setiap usaha kita. Karena tanpa ada semangat akan sangat susah untuk bisa bersungguh - sungguh dalam usaha kita, bahkan untuk mau mulai berusaha saja akan sangat berat. Semangat adalah sesuatu yang sangat bernilai, Rasulullah SAW bersabda, "Siapa ingin mengamalkan suatu kebaikan lalu ia tidak jadi melakukannya (lantaran suatu halangan), Allah mencatatnya sebagai perbuatan baik yang sempurna di sisi Nya". Luar biasa, Allah memberikan penghargaan kepada semangat kita dengan nilai yang sangat tinggi. Ketika sudah memiliki semangat maka akan muncul kesungguhan dalam setiap usaha kita. Sekalipun nantinya kita tidak dapat melakukan usaha itu karena suatu halangan maka yakinlah bahwa itu tidaklah sia - sia dihadapan Allah.
Jadi, mari kita terus berusaha dengan sungguh - sungguh untuk meraih semua mimpi kita. Terus bekerja dan berkarya, diiringi doa dan pikiran positif, karena Allah itu sesuai dengan persangkaan hamba-Nya. Kalau kita berpikir positif kita akan berhasil, Insya Allah dengan pertolongan-Nya kita akan mudah untuk meraihnya. Dan jadikan Surga yang disediakan oleh Allah itu adalah kesuksesan kita yang tertinggi, melebihi semua kesuksesan yang akan kita raih di dunia. Mimpikan kalau surga dengan segala kenikmatan yang ada di dalamnya menjadi tempat tinggal abadi kita kelak. Mari kita berusaha dengan sungguh - sungguh agar kita bisa meraih mimpi itu. Semoga Allah memudahkan setiap perjuangan kita. Amiin.
*Catatan seorang mahasiswa yang ingin mengembalikan semangatnya
[2] Ini Langkah Awalku
Aku memang tidak pandai dalam menyusun kata, tapi aku akan berusaha untuk tetap menulis. Akan kutuliskan apa yang ada di dalam benak pikiranku dan berharap itu akan berguna untukku dan untuk semua yang membaca tulisanku. Karena sekarang aku sadar, selama ini aku telah banyak membuang waktuku. Ya waktu, kata ini memang sangat mudah diucapkan tapi tidak mudah untuk mengaturnya. Sudah lama aku mengerti begitu berharganya waktu, ia adalah harta yang sangat berharga. Ia tidak dapat ditukar dengan apapun dan tidak akan pernah kembali lagi setelah ia pergi. Bahkan Allah SWT dalam QS Al 'Ashr sampai bersumpah : "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar - benar berada dalam kerugian. Kecuali orang - orang yang beriman dan nasehat - menasehati supaya menaati kebenaran, dan nasehat - menasehati supaya menetapi kesabaran". Hal ini menunjukan betapa berharganya waktu, karena ketika Allah SWT sudah bersumpah dengan sesuatu maka menunjukan sesuatu itu adalah hal yang agung/besar.
Seorang muslim yang beruntung adalah yang bisa memanfaatkan waktunya dengan baik. Ia gunakan waktu yang ia miliki dengan sabaik - baiknya untuk mengumpulkan sebanyak - banyaknya kebaikan sebagai bekal ketika sidang dengan Nya kelak pada hari kiamat. Pada hari kiamat nanti Allah SWT akan menanyakan dua kali mengenai waktu yang kita habiskan di dunia, yang pertama tentang usia untuk apa kita habiskan dan kedua tentang masa muda untuk apa kita habiskan. Sangat beruntung seorang yang dengan penuh rasa gembira menyebutkan segudang kebaikan karena bisa mengatur waktunya dengan baik ketika di dunia. Pastinya kita menginginkan hal yang seperti itu bukan? Beruntunglah bagi kalian yang sudah bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
Sayangnya aku sekarang baru sadar, sudah hampir 23 tahun aku di dunia tapi masih sangat sedikit kebaikan yang bisa kukumpulkan. Iri rasanya melihat anak kecil yang belum duduk di bangku sma tapi sudah hafiz Qur'an, masih sangat kecil tapi sudah bisa menyamatkan mahkota ketenangan untuk kedua orang tuanya kelak di hari akhir. Malu juga rasanya kalah semangat dengan para orang tua yang usianya sudah diatas kepala 5 tapi masih mau belajar membaca Qur'an. Menyesal memang, tapi aku yakin ini masih lebih baik daripada menyesal ketika sudah dihadapan Nya nanti.
Mumpung masih ada kesempatan, mulai saat ini mari kita sama - sama gunakan waktu kita sebaik - baiknya. Karena kita tidak pernah tahu sampai kapan umur kita ini kan berujung, bisa jadi Allah SWT tidak membangunkan kita lagi setelah tidur malam nanti. Mari kita hiasi sisa hidup ini dengan melakukan amalan - amalan sholeh di setiap waktu. Semoga kita menjadi seorang muslim yang beruntung karena bisa memanfaatkan waktu.
Dan semoga tulisan pertama ini bisa menjadi langkah awalku untuk bisa seperti teman - teman yang sudah menjadi sumber inspirasi bagi yang lain. Sebagai salah satu sarana saling menasehati untuk kebenaran dan menetapi kesabaran.
*catatan dari seorang yang baru tersadar sudah lama memiliki blog tapi tak pernah digunakan..
[1] About Me
Dia (Allah) berfirman, "Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?
Mereka menjawab, "Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari", maka tanyakanlah kepada mereka yang menghitung".
Dia (Allah) berfirman, "Kamu tidak tinggal (di bumi) hanya sebentar saja, jika kamu benar-benar mengetahui".
(Q.S. Al Mu'minun : 112-114)
Assalamu'alaikum..
Aku adalah seorang hamba Allah. Salah satu manusia yang paling beruntung karena terlahir sebagai salah satu umat Nabi Muhammad SAW.
Aku terlahir ke dunia ini sebagai anak pertama dari dua bersaudara melalui seorang ibu yang sangat baik dan penyayang padaku. Semoga Allah selalu memberikannya perlindungan dan kemudahan dalam beribadah. Aku dibesarkan dengan kasih sayang seorang ayah yang penuh perhatian padaku. Semoga Allah juga selalu memberikannya perlindungan dan kemudahan dalam beribadah.
Desa Banjarsarikulon, selepas sholat isya, di sebuah rumah dinas sangat sederhana dekat sebuah SD inpres aku terlahir ke dunia yang fana ini. Hanya mengandalkan penerangan dari nyala api sentir (botol yang diisi minyak tanah dan diberi sumbu) seorang bidan membantu ibuku mengeluarkanku dari tempat yang paling nyaman buatku waktu itu, rahim ibuku. Allah telah memberikan rahmat Nya padaku dan ibuku berupa keselamatan sehingga aku terlahir dengan selamat. Kedua orang tuaku menyambut kelahiranku dengan penuh kebahagiaan walaupun sejatinya aku menangis, dan memberikanku nama Eka Nurdiyanto diiringi dengan doa dan harapan agar aku menjadi orang yang berguna, bagi agama dan orang lain. Yah, itulah cerita singkat kelahiranku ke dunia ini.
Waktu terus berjalan, seiring dengan berjalannya waktu kedua orang tuaku selalu menanamkan nilai – nilai moral agar aku menjadi seorang yang berakhlak baik, selalu mengajarkan bagaimana seharusnya seorang manusia bersyukur pada Tuhannya, dan menyekolahkanku agar menjadi seseorang yang lebih berguna untuk sesama. Sangat banyak yang telah kedua orang tuaku berikan padaku, dan akan aku pegang apa yang telah mereka ajarkan ini untuk bekal dalam menghadapi kehidupanku.
Pendidikan formalku diawali dengan belajar di TK Pertiwi 1 Banjarsarikulon kemudian lanjut di SD 1 Banjarsarikulon selama 3 tahun, kemudian 3 tahun sisanya aku lanjutkan di SD 1 Dukuhwaluh karena harus pindah rumah waktu itu. Setelah lulus orang tuaku menyekolahkanku di SMP Negeri 8 Purwokerto. Setelah itu aku melanjutkan pendidikanku di SMA Negeri 2 Purwokerto. Beberapa bulan kemudian Allah menakdirkan aku menjadi mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Statistik (STIS), sebuah PTK di bawah naungan BPS (Badan Pusat Statistik). Setelah 4 tahun menimba ilmu dan menjalin ukhuwah di sana, aku lulus pada tahun 2011. Sekarang aku berdiri di sini, di bumi Gorontalo...serambi madinah. Sebagai seorang yang ngakunya statistisi di seksi sosial BPS Kabupaten Gorontalo.
Ini saja mungkin sedikit perkenalan mengenai diriku. Inilah aku, seorang hamba Allah yang lemah, yang miskin akan ilmu. Yang terus berusaha untuk belajar menjadi seseorang yang berguna. Aku yang diciptakan oleh Nya dan akan kembali kepada Nya.
#update: Alhamdulillah aku sudah menikah dan mempunyai seorang putra, "Khalifah Alhafizh".
#update: Alhamdulillah aku sudah menikah dan mempunyai seorang putra, "Khalifah Alhafizh".
*sebuah catatan singkat mengenai siapa aku.
_nurdiyantoeka@gmail.com
_nurdiyantoeka@gmail.com
Langganan:
Postingan (Atom)