Ahad, 8 April ini saya beruntung karena diberi kesempatan untuk bisa menghadiri acara seminar pra nikah Islami yang diselanggarakan oleh APWA (Ar Rahman Pre Wedding Academy). Acara yang mengambil tempat di auditorium Bank Bukopin ini berhasil menyedot banyak peserta, menurut perkiraanku mencapai sekitar 300an orang. Melihat jumlah peserta sebanyak itu mengindikasikan masih banyak kaum muda Islam yang sadar dan peduli untuk bisa menyelenggarakan pernikahan yang Islami dan membentuk keluarga Islam yang barokah berlandaskan syariat Islam. Narasumber yang dihadirkan dalam seminar ini juga tidak nanggung-nanggung, yaitu guru ngaji kita Ust. Bachtiar Nasir dan Dra. Wirianingsih, Bc. Hk, Msi., seorang bunda yang telah melahirkan 10 anak hafidz Qur'an...Subhanallaah.
Pada postingan kali ini Insya Allah akan saya tuliskan beberapa poin-poin materi yang disampaikan dalam seminar tersebut. Semoga bermanfaat... :)
Maha Besar Allah yang telah menciptakan rasa kasih dan sayang, yang telah menciptakan manusia berpasang-pasangan, yang telah meniupkan rasa cinta ke setiap kalbu insan. Tak bisa dipungkiri, awal mula dari adanya suatu ikatan keluarga adalah dimulai dari adanya rasa cinta. Ibarat suatu kendaraan, cinta merupakan bahan bakar yang menjamin kendaraan ini mampu tetap bergerak. Membicarakannya memang tidak akan ada habisnya, selalu menarik untuk dibahas, apalagi kalau sedang merasakannya....hemm ^__^
Dalam Islam kita mengenal istilah Mahabbah dan Mawaddah. Kedua kata ini sama-sama memiliki makna cinta. Mahabbah diartikan sebagai rasa cinta yang berlaku umum, cinta kepada apa saja dan siapa saja. Sebagai contoh, ketika kita baru saja melihat atau mengenal seseorang lawan jenis mungkin timbul suatu getaran di dalam hati. Rasa yang aneh, yang kadang memaksa diri untuk mau bersamanya dan memilikinya. Timbul suatu kecenderungan hati kepada yang dicintainya, merasa senang didekatnya dan benci akan kebalikannya. Sedangkan Mawaddah diartikan sebagai cinta plus, mawaddah ini hadir sebagai rasa cinta kepada pasangan ketika diantara pasangan itu sudah ada "klik", persamaan dalam pandangan, tutur dan hati. Dalam suatu pernikahan, sepasang suami istri membutuhkan mawaddah, cinta tanpa pamrih, mencintai walau bagaimanapun keadaannya.
Menurut teori Stanberg, cinta tersusun dari 3 hal. Teori ini dikenal sebagai "Stanberg's Love Triangle Theory".
Yang pertama adalah
Intimacy (Keintiman), ditunjukan dengan adanya keakraban, kedekatan dan kemesraan. Yang kedua adalah
Passion (Gairah), ditunjukan dengan adanya semangat, gairah dan keinginan. Yang ketiga adalah
Commitment (Komitmen), ditunjukan dengan sikap mau mengikat diri pada sesuatu dengan suatu alasan tertentu. Menurutnya seseorang dikatakan sedang jatuh cinta jika ada salah satu dari ketiga hal di atas dalam dirinya.
Intimacy dan
Passion akan menghasilkan cinta monyet,
Passion dan
Commitment akan menghasilkan cinta seperti cinta pada pekerjaan/hobi.
True Love baru akan terjadi ketika seseorang memiliki
Intimacy, Passion dan
Commitment secara bersamaan. Dalam pernikahan, sepasang suami istri harus memiliki ketiga hal ini agar cinta yang dimiliki keduanya adalah benar-benar cinta yang sempurna, sehingga perjalanan pernikahan mereka akan bertahan hingga akhir. Namun sayangnya seiring berjalannya waktu, masing-masing bagian penyusun ini akan melemah. Ketika
Intimacy melemah maka dampaknya akan ada miskomunikasi, percekcokan dan perbedaan-perbedaan. Ketika
Passion melemah maka akan hilang gairah ketika melihat pasangan. Ketika
Commitmen sudah hilang maka yang muncul kemudian adalah perceraian, karena hilangnya rasa saling percaya pada masing-masing pasangan.
Di dalam tubuh kita ternyata juga ada sebuah hormon yang disebut sebagai Hormon Cinta (
Endorphin). Hormon ini bekerja ketika kita sedang jatuh cinta. Hormon ini bekerja ketika cinta datang dan memberikan rasa senang, bahagia dan nyaman pada diri kita. Ketika sepasang suami istri baru saja menikah akan merasakan suatu kebahagiaan yang sangat, bisa jadi adalah karena pengaruh dari hormon cinta ini. Membuat hati merasa senang dan bahagia ketika baru saja mendapatkan pasangan hidup. Sayangnya hormon ini hanya mampu bertahan selama 3 tahun saja.
Lalu, bagaimana jika di dalam perjalanan pernikahan kita semua unsur cinta seperti di dalam teori Stanberg tadi melemah dan umur hormon Endorphin telah habis? Masih bisakah kita bahagia di dalam pernikahan kita? Jawabannya adalah BISA. Selama cinta yang kita bangun adalah cinta yang termotivasi karena cinta pada Allah maka tidak perlu khawatir akan efek yang timbul seperti dalam teori Stanberg tadi. Cinta antara suami istri dalam ikatan pernikahan yang dibahanbakari dengan cinta kepada Allah merupakan cinta yang paling sempurna, sebuah cinta sejati. Ia akan mampu bertahan sampai kapanpun karena yakin cinta itu bersumber pada Allah, Dia-lah Al Wadud, yang Maha Pencinta. Dari Allah lah semua rasa cinta datang, dengan memberikan cinta kita kepada Allah maka Allah akan memberikan cinta-Nya pula kepada kita.
Cinta kepada pasangan yang bersumber dari cinta kepada Allah inilah yang seharusnya menjadi dasar dan pondasi dari ikatan pernikahan yang akan dibentuk. Mendahulukan cinta kepada Allah di atas cinta kepada pasangan dan mencintai pasangan karena semata-mata cinta pada Allah. Sebuah dasar yang apabila tertanam kuat sejak awal maka akan menjadikan bahtera pernikahan mampu bertahan dari segala macam hempasan badai sepanjang perjalanan. Mampu membawa pemiliknya menuju persinggahan terakhir di akherat sana, yaitu Jannah-Nya.
Menggapai Pernikahan yang Barokah
Pernikahan merupakan sesuatu yang diingini oleh setiap orang. Suatu ikatan suci yang mampu merubah yang haram menjadi halal, sebuah hubungan saling menguntungkan antara dua insan dalam mencapai kebahagiaan. Sebuah bahtera yang mampu mengarungi samudra luas kehidupan menuju pulau cinta-Nya hingga mampu mencapai pelabuhan Jannah. Sesuatu yang menjadi tujuan hidup setiap insan.
Pernikahan bisa saja dilakukan oleh setiap orang dengan berbagai tujuan. Jangan sampai tujuan melakukan pernikahan hanya untuk memenuhi hasrat akan syahwat dalam diri saja. Karena jika hal ini saja yang menjadikan alasan melakukan pernikahan maka tidak akan berbeda jauh dengan perilaku para hewan. Pernikahan seharusnya memiliki tujuan yang lebih mulia, menjadikan setiap hal yang dilakukan di dalamnya dapat terus menambah nilai kebaikan di hadapan Allah. Sehingga merancang suatu pernikahan yang barokah merupakan suatu tujuan yang seharusnya dikejar.
Menyiapkan suatu pernikahan yang barokah harus dimulai dari sebelum pernikahan dilakukan. Diantara hal yang menjadikan suatu pernikahan tidak berkah adalah ketika syahwat yang mendahului dan ketika syariat diinjak-injak. Ketika suatu pernikahan sebelumnya diawali dengan perbuatan-perbuatan yang melanggar syariatNya maka keberkahan dalam pernikahan akan menjadi lebih sulit untuk diperoleh. Sebagai contoh, ketika pernikahan diawali dengan proses pacaran yang nyata-nyatanya dilarang, yang ternyata di dalamnya banyak kejadian-kejadian yang seharusnya tidak boleh dilakukan, seperti saling berpegangan tangan, berduaan dan perbuatan lainnya yang mendekati perzinaan maka bisa jadi ini adalah awal dari ketidakberkahan dalam pernikahan. Ketika sudah terjadi? maka lekaslah bertaubat dan menjaga diri agar tidak lagi melanggar batasan yang telah ditetapkan kemudian segera menyegerakan.
Sebaliknya, jalan yang dapat ditempuh agar mendapat pernikahan yang barokah adalah dengan terlebih dahulu memulai dengan jalan yang syar'i, tanpa melalui pacaran tapi dengan ta'aruf yang dilandasi dengan rasa cinta kepada Allah. Dengan tetap menjaga kesucian diri dan terus meminta kepada Allah SWT. Suatu pernikahan yang barokah adalah suatu pernikahan yang dilandasi dengan sikap Tauhid yang benar. Bahwa segala sesuatu telah ditakdirkan atas kehendak Allah SWT.
|
|
Pernikahan yang diawali dengan niatan dan perbuatan yang baik
disertai langkah nyata mengejar apa yang diridho-Nya akan melahirkan
keluarga yang barokah,
yang berlandaskan atas syariat-Nya. Menjadi keluarga penghasil
anak-anak sholeh yang mampu menegakkan syariat-Nya dalam kehidupan, yang
tak pernah lepas dari Qur'an dan mengingat-Nya. Keluarga yang bukan saja
hanya menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah warahmah, tapi
sebuah KELUARGA DAKWAH yang tangguh dan kokoh. Keluarga yang lahir dan
mempraktekan nilai-nilai Qur'an dalam kehidupan rumah tangga. Menjadi
keluarga penghafal Qur'an dan mengambil nilai Qur'ani dalam setiap
langkah. Keluarga yang dibentuk berlandaskan atas rasa cinta pada Allah
yang kemudian mampu menjadi madrasah
kehidupan untuk meniti bekal ke jannah-Nya.
Keluarga DaSaMaRa...Keluarga Dakwah yang Sakinah, Mawaddah Warahmah...Ini seharusnya yang menjadi visi pernikahan kita.^^
Jomblo? Mari Menyiapkan Pernikahan dengan Matang.
Salah satu perkataan Ustd BN yang cukup terekam kuat di memoriku ketika seminar adalah tentang rahasia mencari jodoh bagi para jomblo. Ada dua rahasia yang sebaiknya kita lakukan dalam mencari jodoh, yang pertama adalah tetap menjaga kesucian diri dan yang kedua adalah mintalah kepada Allah. ^__^
Yang harus menjadi catatan penting dan pegangan untuk kita para jomblo dalam menanti jodoh adalah bahwa Allah telah menyiapkan untuk kita jodoh masing-masing. Karena manusia telah diwajibkan oleh Allah untuk berpasang-pasangan. Kita hanya perlu berpikir positif kepada Allah, berkhuznudzon bahwa Allah akan memberikan jodoh yang terbaik untuk kita, tentu saja diikuti dengan sikap nyata menjaga kesucian diri dan terus berdoa serta berusaha. Semakin besar sikap khuznudzon kita kepada Allah tentang jodoh kita maka akan semakin Allah dekatkan dia untuk kita. Dan jika waktunya sudah tiba maka kita akan dipertemukan dengan jodoh kita oleh Nya yang kemudian akhirnya bisa menjalani hidup dengannya. Seseorang yang telah Allah takdirkan menjadi bagian dari kehidupan kita.
Rasulullah SAW telah memberikan beberapa parameter untuk memilih kriteria pasangan hidup. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, al-Nasai, Abu Dawud
Ibn Majah Ahmad ibn Hanbal, dan al-Darimi dalam kitabnya dari sahabat
Abu Hurairah ra disebutkan bahwa:
"Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya,
kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah wanita yang
mempunyai agama, engkau akan beruntung."
Kriteria terpenting dalam memilih pasangan yang ditunjukkan oleh Rosululloh adalah dari segi agama. Karena dengan agama yang kuat seorang istri akan mampu membawa kita ke arah ketaatan kepada Allah. Seorang pasangan yang memiliki iman yang kuat di dalam hatinya akan menjadikan keluarga diliputi suasana penuh ketaatan beribadah kepada Allah. Sebaliknya kondisi pasangan yang lemah iman akan menjadikan keluarga jauh dari sikap taat kepada Allah.
Seseorang yang akan menikah perlu mempersiapkan beberapa hal agar pernikahan yang dilakukan menjadi barokah dan mampu menjadi keluarga Qur'ani. Beberapa persiapan yang diperlukan antara lain adalah sebagai berikut:
- I'dad Ruhy (Persiapan Ruhiy); memahami bahwa pernikahan adalah sunnah kauniyah, memahami bahwa menikah adalah bentuk ibadah kepada Allah SWT, memahami bahwa pernikahan harus sesuai dengan tuntunan Allah dan Rasul-Nya dan memahami bahwa jodoh, rizqi, dan umur adalah takdir Allah.
- I'dad Fikry (Persiapan Pengetahuan); memahami adab pergaulan dengan lawan jenis dan tata cara pernikahan Islami, memahami tujuan perkawinan, memahami hak dan kewajiban suami istri, memahami hak dan kewajiban ayah/ibu dan menentukan visi berkeluarga.
- I'dad Jasadi (Persiapan Fisik); siapkan fisik sehat dan bugar serta mengerti tentang kelemahan fisik masing-masing.
- I'dad Mali (Persiapan Keuangan); menyiapkan perencanaan keuangan untuk pernikahan dan memahami pentingnya uang/harta dan penggunaannya sesuai syariat sebagai salah satu tonggak tegaknya 'izzah keluarga.
Akan lebih baik memang ketika kita telah mengerti dan memahami seluk beluk pernikahan sebelum terjun langsung merasakannya. Karena suatu pernikahan akan kita jalani bukan hanya untuk satu atau dua tahun saja.
So, mari kita belajar dan mempersiapkan. ^_^
Semoga mampu membangun pernikahan yang barokah, menuju keluarga dakwah yang sakinah, mawaddah warahmah..amiin.
Semoga postingannya bermanfaat.
Mungkin tidak sejelas seperti penyampaian pas aslinya di seminar, sedikit banyak juga telah saya bubuhi dan tambahi dengan apa yang saya baca terkait pernikahan Islami dari beberapa sumber. Terkait kewajiban dakwah, semoga dengan menyampaikan dan menuliskan ini dapat membawa manfaat...^^
So buat temen-temen yang masih belum puas dan tertarik mengikuti seminar pra nikah secara langsung bisa mengikutinya tahun depan. Insya Allah kegiatan seminar pra nikah Islami ini menjadi program rutin dari APWA, silahkan klik
di sini untuk info lebih jelasnya. Oiya, sekedar info...APWA juga membuka kelas kursus pra nikah lo, kalau tertarik silahkan saja baca infonya di webnya langsung.
Sampai di sini dulu yaa,,
Mohon koreksi jika banyak kesalahan.