Hidup adalah sebuah perjalanan, dia dimulai dari awal pemberangkatan dan akan berujung pada suatu titik pemberhentian. Diawali dari keluarnya kita dari rahim bunda dan diakhiri dengan dikuburnya kita di liang lahat sana. Ruang diantara awal dan akhir ini akan terisi oleh sebuah siklus yang senantiasa berjalan. Siklus yang memiliki masa berbeda untuk tiap orang. Selama pinjaman waktu yang diberikan oleh-Nya masih ada, maka siklus ini pun akan tetap berjalan. Sebuah misteri memang, jika kita bertanya seberapa lama perjalanan ini akan berakhir. Karena semua itu adalah rahasia-Nya, kita tak akan pernah tahu kapan perjalanan kita akan berakhir dan memang tidak seharusnya tahu. Yang kita harus tahu adalah sudah sejauh mana kita menyiapkan diri untuk sampai di titik pemberhentian yang telah Allah Swt. tetapkan.
Allah Swt. itu Maha Adil, tidak ada manusia yang dilahirkan di dunia ini tanpa dilengkapi rezeki oleh-Nya. Allah Swt. tidak serta merta membiarkan kita menempuh perjalanan panjang ini tanpa dibekali perbekalan yang mencukupi. Melainkan Allah Swt. sudah menetapkan berbagai perbekalan untuk kita jauh-jauh sebelum kita dilahirkan. Allah Swt. tetapkan atas kita rezeki yang nantinya akan sangat kita butuhkan sepanjang perjalanan hidup. Dia juga menetapkan jodoh untuk kita sebagai teman di sepanjang perjalanan hidup, karena Dia tahu kita tak akan mampu hidup sendiri. Bahkan Allah perbolehkan untuk kita (
laki-laki) menikahi sampai 4 orang wanita jika memang kita mampu bersikap adil untuk mereka. Maha Besar Allah.
Jika ternyata disepanjang perjalanan, Allah Swt. tidak mempertemukan kita dengan jodoh kita, maka inilah yang terbaik menurut-Nya. Bisa jadi Allah Swt. telah menyiapkan untuk kita yang lebih baik di surga-Nya nanti, karena Allah Swt. itu Maha Adil. Sepanjang apa perjalanan yang harus kita tempuh juga sudah ditentukan oleh Allah Swt. sehingga kita tidak perlu bingung memikirkan kapan mau berhenti dari perjalanan ini. Karena Allah juga telah menentukan sejauh mana usia kita akan berujung. Semua itu sudah Allah tentukan dan menjadi takdir untuk kita.
Berbicara tentang rezeki, maka akan banyak sekali sikap orang dalam menanggapinya. Tak bisa dipungkiri memang, rezeki merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Ada salah satu fenomena yang saat ini tidak jarang kita temukan dalam kehidupan sehari-hari, banyak diantara kita yang walaupun rezekinya pas-pasan namun hidupnya bisa bahagia dan tenang. Namun banyak pula diantara kita yang rezekinya berlimpah justru hidupnya malah penuh dengan kegelisahan. Permasalahan ini sebenarnya timbul karena adanya pemahaman yang berbeda tentang hakikat rezeki.
Allah Swt. telah memberikan kita pedoman terkait rezeki yang terdapat dalam beberapa ayat Al Qur'an, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut,
"Dan di langit terdapat (sebab-sebab) rezekimu dan terdapat (pula) apa yang dijanjikan kepadamu. Maka demi Tuhan langit dan bumi, sesungguhnya yang dijanjikan itu adalah benar-benar (akan terjadi) seperti perkataan yang kamu ucapkan". (Q.S. Adz-Dzariyat [51]: 22-23)
Rezeki adalah suatu kepastian yang telah Allah tetapkan untuk setiap makhluk-Nya. Allah Swt. telah menjamin rezeki untuk setiap makhluk-Nya. Sehingga menjadi keharusan bagi kita untuk senantiasa meyakini bahwa mustahil akan ada makhluk yang dapat hidup tanpa rezeki yang telah Allah Swt. tetapkan untuknya.
"Dan berapa banyak binatang yang tidak (dapat) membawa (mengurus)
rezekinya sendiri. Allahlah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu
dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (QS Al-Ankabut [29]: 60)
Ada salah satu rumus penting yang pernah saya dapatkan, "Perbaikilah hubunganmu dengan Allah, maka Allah akan perbaiki hubunganmu dengan pekerjaanmu-dengan duniamu". Intisari dari rumus ini jika dikaitkan dengan rejeki mungkin akan tergambar jelas di dalam Surat Ath Thalaq ayat 2-3.
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan
baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada
disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah
niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”.
Jika diambil sebuah benang merah, maka sebenarnya turunnya rezeki itu akan dimudahkan oleh Allah Swt. dengan senantiasa memperbaiki hubungan kita dengan Allah, melakukan amal sholeh dan ketaqwaan kepada Nya. Lalu apakah ketika kita tidak melakukan amal sholeh dan ketaqwaan Allah tidak akan menurunkan rezekinya untuk kita? Jawabannya adalah Ya. Karena rezeki tidak akan datang jika kita melakukan maksiat dan pelanggaran. Namun sekarang banyak orang yang melakukan maksiat tapi mereka kaya raya dengan rezeki yang melimpah? Jawabannya adalah sebenarnya itu istidraj. Semua tindakan maksiat yang Allah balas dengan nikmat, kemudian Allah buat dia lupa untuk beristighfar sehingga dia semakin dekat dengan azab sedikit demi sedikit, selanjutnya Allah berikan semua hukumannya pada saatnya kelak. Atau dengan kata lain itu adalah suatu bentuk penguluran dari Allah Swt. tetapi kemudian akan dijatuhkan secara sangat menyakitkan dan mungkin tiba-tiba dan tidak dapat menghindar.
"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan
kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk
mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah
diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong,
Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa". (Q.S. Al An'am [6]: 44)
Sehingga menjadi kewajiban bagi kita untuk senantiasa meyakini bahwa rezeki adalah kehendak dari Allah Swt. Dia-lah yang telah menentukan kadar rezeki untuk masing-masing makhlukNya. Semakin dekat kita kepada Allah maka insya Allah akan semakin dimudahkan rezeki kita oleh Nya.
Teruslah bersabar-beramal-bersyukur-bersedekah
Wallahu A'lam.
Bumi Gorontalo, 27 Februari 2013
-Eka Nurdiyanto-
Ditulis dari berbagai sumber referensi .